Thursday, September 25, 2008

Lailatul Qadar

Lailatul Qadar
Sumber : “Shifat shaum an Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Fii Ramadhan” Bab “Malam Lailatul Qadar” Penulis Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid

Keutamaannya sangat besar, karena malam ini menyaksikan turunnya Al Quran Al Karim yang membimbing orang-orang yang berpegang dengannya ke jalan kemuliaan dan mengangkatnya ke derajat yang mulia dan abadi. Ummat Islam yang mengikuti sunnah Rasulnya tidak memasang tanda-tanda tertentu dan tidak pula menancapkan anak-anak panah untuk memperingati malam ini (malam Lailatul Qodar/Nuzul Qur’an, red), akan tetapi mereka bangun di malam harinya dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah.

Inilah wahai saudaraku muslim, ayat-ayat Qur’aniyah dan hadits-hadits Nabawiyyah yang shahih yang menjelaskan tentang malam tersebut.

1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar

Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahwasanya malam itu lebih baik dari seribu bulan, Allah berfirman (yang artinya),

[1] Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. [2] Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? [3] Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. [4] Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. [5] Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. [QS Al Qadar: 1 - 5]

Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan nan penuh hikmah,

[3]Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. [4] Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, [5] (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, [6] sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS Ad Dukhoon: 3 - 6]

2. Waktunya

Diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa malam tersebut terjadi pada malam tanggal 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam bulan Ramadhan. (Pendapat-pendapat yang ada dalam masalah ini berbeda-beda, Imam Al Iraqi telah mengarang satu risalah khusus diberi judul Syarh Shadr bidzkri Lailatul Qadar, membawakan perkatan para ulama dalam masalah ini, lihatlah).

Imam Syafi’i berkata, “Menurut pemahamanku, wallahu a’lam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau, “Apakah kami mencarinya di malam hari?”, beliau menjawab, “Carilah di malam tersebut.”. (Sebagaimana dinukil al Baghawi dalam Syarhus Sunnah 6/388).

Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada malam terakhir bulan Ramadhan, berdasarkan hadits ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda, (yang artinya) “Carilah malam Lailatur Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR Bukhari 4/255 dan Muslim 1169)

Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat Ibnu Umar (dia berkata): Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya.” (HR Bukhari 4/221 dan Muslim 1165).

Ini menafsirkan sabdanya (yang artinya), “Aku melihat mimpi kalian telah terjadi, maka barangsiapa ingin mencarinya, carilah pada tujuh hari yang terakhir.” (Lihat maraji’ diatas).

Telah diketahui dalam sunnah, pemberitahuan ini ada karena perdebatan para sahabat. Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar pada malam Lailatul Qadar, ada dua orang sahabat berdebat, beliau bersabda, “Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Laitul Qadar, tetapi fulan dan fulan (dua orang) berdebat hingga diangkat tidak bisa lagi diketahui kapan lailatul qadar terjadi), semoga ini lebih baik bagi kalian, maka carilah pada malam 29, 27, 25 (dan dalam riwayat lain: tujuh, sembilan, lima).” (HR Bukhari 4/232).

Telah banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa malam Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir, yang lainnya menegaskan di malam ganjil sepuluh hari terakhir. Hadits yang pertama sifatnya umum, sedang hadits kedua adalah khusus, maka riwayat yang khusus lebih diutamakan daripada yang umum, dan telah banyak hadits yang lebih menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar itu ada pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan, tetapi ini dibatasi kalau tidak mampu dan lemah, tidak ada masalah. Maka dengan ini, cocoklah hadits-hadits tersebut, tidak saling bertentangan, bahkan bersatu tidak terpisahkan.

Kesimpulannya, jika seseorang muslim mencari malam Lailatul Qadar, carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir, 21, 23, 25, 27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari ppada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25, 27 dan 29. Wallahu a’lam.

Paling benarnya pendapat lailatul qadr adalah pada tanggal ganjil 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan, yang menunjukkan hal ini adalah hadits Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah beri’tikaf pada 10 terakhir pada bulan Ramadhan dan berkata, “Selidikilah malam lailatul qadr pada tanggal ganjil 10 terakhir bulan Ramadhan.”

3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar

Sesungguhnya malam yang diberkahi ini, barangsiapa yang diharamkan untuk mendapatkannya, maka sungguh telah diharamkan seluruh kebaikan (baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu, melainkan (bagi) orang yang diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh karena itu, dianjurkan bagi muslimin (agar) bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahalaNya yang besar, jika (telah) berbuat demikian (maka) akan diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Barangsiapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759)

Disunnahkan untuk memperbanyak do’a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, (dia) berkata, “Aku bertanya, Ya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan?” Beliau menjawab, “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii. Ya Allah, Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku.” (HR Tirmidzi3760), Ibnu Majah (3850), dari Aisyah, sanadnya shahih. Lihat syarahnya Bughyatul Insan fi Wadhaifi Ramadhan, halaman 55-57, karya ibnu Rajab al Hanbali).

Saudaraku -semoga Allah memberkahimu dan memberi taufiq kepadamu untuk mentaatiNya - engkau telah mengetahui bagaimana keadaan malam Lailatul Qadar (dan keutamaannya) maka bangunlah (untuk menegakkan sholat) pada sepuluh malam hari terakhir, menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi wanita, perintahkan kepada istrimu dan keluargamu untuk itu dan perbanyaklah amalan ketaatan.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya (menjauhi wanita yaitu istri-istrinya karena ibadah, menyingsingkan badan untuk mencari Lailatul Qadar), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR Bukhari 4/233 dan Muslim 1174).

Juga dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, (dia berkata), “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir), yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya.” (HR Muslim 1174).

4. Tanda-tandanya

Ketahuilah hamba yang taat -mudah-mudahan Allah menguatkanmu dengan ruh dariNya dan membantu dengan pertolonganNya- sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya.

Dari Ubay radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.” (HR Muslim 762).

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda (yang artinya), “Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan, seperti syiqi jafnah.” (HR Muslim 1170. Perkataannya “Syiqi Jafnah”, syiq artinya setengah, jafnah artinya bejana. Al Qadli ‘Iyadh berkata, “Dalam hadits ini ada isyarat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di akhir bulan, karena bulan tidak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir bulan.”)

Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan.” (HR Thayalisi (349), Ibnu Khuzaimah (3/231), Bazzar (1/486), sanadnya hasan).

Lailatul Qadar

Lailatul Qadar
Sumber : “Shifat shaum an Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Fii Ramadhan” Bab “Malam Lailatul Qadar” Penulis Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid

Keutamaannya sangat besar, karena malam ini menyaksikan turunnya Al Quran Al Karim yang membimbing orang-orang yang berpegang dengannya ke jalan kemuliaan dan mengangkatnya ke derajat yang mulia dan abadi. Ummat Islam yang mengikuti sunnah Rasulnya tidak memasang tanda-tanda tertentu dan tidak pula menancapkan anak-anak panah untuk memperingati malam ini (malam Lailatul Qodar/Nuzul Qur’an, red), akan tetapi mereka bangun di malam harinya dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah.

Inilah wahai saudaraku muslim, ayat-ayat Qur’aniyah dan hadits-hadits Nabawiyyah yang shahih yang menjelaskan tentang malam tersebut.

1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar

Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahwasanya malam itu lebih baik dari seribu bulan, Allah berfirman (yang artinya),

[1] Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. [2] Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? [3] Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. [4] Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. [5] Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. [QS Al Qadar: 1 - 5]

Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan nan penuh hikmah,

[3]Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. [4] Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, [5] (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, [6] sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS Ad Dukhoon: 3 - 6]

2. Waktunya

Diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa malam tersebut terjadi pada malam tanggal 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam bulan Ramadhan. (Pendapat-pendapat yang ada dalam masalah ini berbeda-beda, Imam Al Iraqi telah mengarang satu risalah khusus diberi judul Syarh Shadr bidzkri Lailatul Qadar, membawakan perkatan para ulama dalam masalah ini, lihatlah).

Imam Syafi’i berkata, “Menurut pemahamanku, wallahu a’lam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau, “Apakah kami mencarinya di malam hari?”, beliau menjawab, “Carilah di malam tersebut.”. (Sebagaimana dinukil al Baghawi dalam Syarhus Sunnah 6/388).

Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada malam terakhir bulan Ramadhan, berdasarkan hadits ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda, (yang artinya) “Carilah malam Lailatur Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR Bukhari 4/255 dan Muslim 1169)

Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat Ibnu Umar (dia berkata): Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya.” (HR Bukhari 4/221 dan Muslim 1165).

Ini menafsirkan sabdanya (yang artinya), “Aku melihat mimpi kalian telah terjadi, maka barangsiapa ingin mencarinya, carilah pada tujuh hari yang terakhir.” (Lihat maraji’ diatas).

Telah diketahui dalam sunnah, pemberitahuan ini ada karena perdebatan para sahabat. Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar pada malam Lailatul Qadar, ada dua orang sahabat berdebat, beliau bersabda, “Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Laitul Qadar, tetapi fulan dan fulan (dua orang) berdebat hingga diangkat tidak bisa lagi diketahui kapan lailatul qadar terjadi), semoga ini lebih baik bagi kalian, maka carilah pada malam 29, 27, 25 (dan dalam riwayat lain: tujuh, sembilan, lima).” (HR Bukhari 4/232).

Telah banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa malam Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir, yang lainnya menegaskan di malam ganjil sepuluh hari terakhir. Hadits yang pertama sifatnya umum, sedang hadits kedua adalah khusus, maka riwayat yang khusus lebih diutamakan daripada yang umum, dan telah banyak hadits yang lebih menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar itu ada pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan, tetapi ini dibatasi kalau tidak mampu dan lemah, tidak ada masalah. Maka dengan ini, cocoklah hadits-hadits tersebut, tidak saling bertentangan, bahkan bersatu tidak terpisahkan.

Kesimpulannya, jika seseorang muslim mencari malam Lailatul Qadar, carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir, 21, 23, 25, 27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari ppada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25, 27 dan 29. Wallahu a’lam.

Paling benarnya pendapat lailatul qadr adalah pada tanggal ganjil 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan, yang menunjukkan hal ini adalah hadits Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah beri’tikaf pada 10 terakhir pada bulan Ramadhan dan berkata, “Selidikilah malam lailatul qadr pada tanggal ganjil 10 terakhir bulan Ramadhan.”

3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar

Sesungguhnya malam yang diberkahi ini, barangsiapa yang diharamkan untuk mendapatkannya, maka sungguh telah diharamkan seluruh kebaikan (baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu, melainkan (bagi) orang yang diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh karena itu, dianjurkan bagi muslimin (agar) bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahalaNya yang besar, jika (telah) berbuat demikian (maka) akan diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Barangsiapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759)

Disunnahkan untuk memperbanyak do’a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, (dia) berkata, “Aku bertanya, Ya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan?” Beliau menjawab, “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii. Ya Allah, Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku.” (HR Tirmidzi3760), Ibnu Majah (3850), dari Aisyah, sanadnya shahih. Lihat syarahnya Bughyatul Insan fi Wadhaifi Ramadhan, halaman 55-57, karya ibnu Rajab al Hanbali).

Saudaraku -semoga Allah memberkahimu dan memberi taufiq kepadamu untuk mentaatiNya - engkau telah mengetahui bagaimana keadaan malam Lailatul Qadar (dan keutamaannya) maka bangunlah (untuk menegakkan sholat) pada sepuluh malam hari terakhir, menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi wanita, perintahkan kepada istrimu dan keluargamu untuk itu dan perbanyaklah amalan ketaatan.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya (menjauhi wanita yaitu istri-istrinya karena ibadah, menyingsingkan badan untuk mencari Lailatul Qadar), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR Bukhari 4/233 dan Muslim 1174).

Juga dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, (dia berkata), “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir), yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya.” (HR Muslim 1174).

4. Tanda-tandanya

Ketahuilah hamba yang taat -mudah-mudahan Allah menguatkanmu dengan ruh dariNya dan membantu dengan pertolonganNya- sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya.

Dari Ubay radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.” (HR Muslim 762).

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda (yang artinya), “Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan, seperti syiqi jafnah.” (HR Muslim 1170. Perkataannya “Syiqi Jafnah”, syiq artinya setengah, jafnah artinya bejana. Al Qadli ‘Iyadh berkata, “Dalam hadits ini ada isyarat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di akhir bulan, karena bulan tidak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir bulan.”)

Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan.” (HR Thayalisi (349), Ibnu Khuzaimah (3/231), Bazzar (1/486), sanadnya hasan).

Hukum Seputar Malam Lailatul Qodar

Hukum Seputar Malam Lailatul Qodar
Penulis: Fadlilatu Asy-Syaikh Al-’Allamah Al-Faqih Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin -rahimahullah-


Soal 1: Malam Lailatul Qodar itu jatuh pada hari ke berapa?

Jawab: Di dalam Al-Qur’an tidak diterangkan pada malam ke berapa malam Lailatul Qodar itu jatuh, tetapi di dalam hadits diterangkan bahwa sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam beri’tikaf pada 10 hari awal di bulan Ramadhan menginginkan malam Lailatul Qodar, kemudian beliau beri’tikaf pada 10 hari pertengahannya dan mengatakan (yang artinya): “Sesungguhnya malam Lailatul Qodar itu jatuh pada 10 hari akhir di bulan Ramadhan”. Beliau melihatnya dan beliau sujud di waktu shubuh di tempat yang berair bercampur tanah, kemudian pada malam ke-21 di saat beliau i’tikaf, turunlah hujan maka mengalirlah air hujan tersebut pada atap masjid karena masjid Nabi shallallahu alaihi wa sallam terbuat dari anjang-anjang. Beliau menjalankan sholat subuh bersama para sahabatnya kemudian beliau sujud. Anas bin Malik berkata: ‘Aku melihat bekas air dan tanah dikeningnya, maka beliau sujud ditempat yang berair bercampur tanah.” (HR. Bukhori no.669 dan 2016, Muslim no.1167, dan 216 dari shohabat Abu Sa’id Al-Khudri).

Hadits di atas menunjukkan bahwa malam Lailatul-Qodar pada saat itu jatuh pada malam yang ke-21. Sedangkan para sahabat Rosululloh melihat dalam mimpi mereka bahwa malam Lailatul-Qodar jatuh pada malam ke 27. (HR. Bukhori no.2015, Muslim no.1165 dari shohabat Abdulloh bin ‘Umar ).

ang shohih dari perbedaan para ulama tentang jatuhnya malam Lailatul-Qodar pada 10 hari terakhir adalah berpindah-pindah pada setiap tahunnya, terkadang pada tahun ini jatuh pada malam yang ke 21, kemudian pada tahun berikutnya jatuh pada malam yang ke 29, 25 atau 24.

dapun hikmah berpindah-pindahnya malam Lailatul-Qodar supaya orang-orang yang malas menjalankan ibadah, mereka bersemangat untuk menjalankan ibadah pada 10 hari terakhir di bulan Romadlon. Hikmah yang lainnya juga yaitu agar menambah amal shalih seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah. (Syaikh Utsaimin)


Soal 2 : Apa alamat/tanda malam Lailatul-Qodar?

Jawab: Lailatul-Qodar mempunyai beberapa alamat/tanda, baik secara langsung (yaitu pada malamnya) maupun setelah terjadi (yaitu pada pagi harinya).

Adapun alamat secara langsung (yaitu pada malamnya) di antaranya:

1) Sinar cahaya sangat kuat pada malam Lailatul-Qodar dibandingkan dengan malam-malam yang lainnya. Tanda ini pada zaman sekarang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang tinggal ditempat yang jauh dari sinar listrik atau sejenisnya.

2) Bertambah kuatnya cahaya pada malam itu.

3) Thuma’ninah. Yaitu ketenangan dan kelapangan hati yang dirasakan oleh orang-orang yang beriman lebih kuat dari malam-malam yang yang lainnya.

4) Angin dalam keadaan tenang pada malam Lailatul-Qodar, tidak berhembus kencang (tidak ada badai) dan tidak ada guntur. Hal ini berdasarkan hadits dari shohabat Jabir bin Abdillah sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya Aku melihat Lailatul-Qodar kemudian dilupakannya, Lailatul-Qodar turun pada 10 akhir (bulan Romadlon) yaitu malam yang terang, tidak dingin dan tidak panas serta tidak turun hujan”. (HR. Ibnu Khuzaimah no.2190 dan Ibnu Hibban no.3688 dan dishohihkan oleh keduanya).

Kemudian hadits dari shohabat ‘Ubadah bin Shomit sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya) “Sesungguhnya alamat Lailatul-Qodar adalah malam yang cerah dan terang seakan-akan nampak didalamnya bulan bersinar terang, tetap dan tenang, tidak dingin dan tidak panas. Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu subuh. Sesungguhnya termasuk dari tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tegak lurus, tidak tersebar sinarnya seperti bulan pada malam purnama, haram bagi syaithon keluar bersamanya (terbitnya matahari) pada hari itu”. (HR. Ahmad 5/324, Al-Haitsamy 3/175 dia berkata : perawinya tsiqoh)

5. Terkadang Alloh memperlihatkan malam Lailatul-Qodar kepada seseorang dalam mimpinya. Sebagaimana hal ini terjadi pada diri para shahabat Rosululloh .

6. Kenikmatan beribadah dirasakan oleh seseorang pada malam Lailatul-Qodar lebih tinggi dari malam-malam yang lainnya.

Adapun alamat setelah terjadi (yaitu pada pagi harinya) di antaranya: Matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tidak tersebar sinarnya dan tidak menyilaukan, berbeda dengan hari-hari biasanya. Hal ini berdasarkan hadits dari shohabat Ubay bin Ka’ab yang mengatakan: “Sesungguhnya Rosululloh mengkabarkan kepada kami: “Sesungguhnya Matahari terbit pada hari itu dalam keaadaan tidak tersebar sinarnya”. (HR. Muslim no.762, 2/828)

Adapun alamat yang menyebutkan bahwa tidak ada atau sedikit gonggongan anjing pada malam Lailatul-Qodar adalah tidak benar, karena terkadang dijumpai pada 10 malam terakhir di bulan Romadlon anjing dalam keadaan menyalak/menggonggong. (Syaikh Utsaimin)

(Diterjemahkan oleh Al Ustadz Abu ‘Isa Nurwahid dari Fataawa Lajnah ad Da’imah, Syarhul Mumthi’ Ibnu Utsaimin, Fataawa wa Rasaail Ibnu Utsaimin, dan Majmu’Fataawa Syaikh Shalih Fauzan)

Kemuliaan lailatul qadar

Kemuliaan lailatul qadar
Oleh MOHD. YAAKUB MOHD. YUNUS
http://akob73.blogspot.com/2008/09/utusan-malaysia-25-september-kemuliaan.html

BULAN Ramadan merupakan satu bulan yang penuh keberkatan di mana Allah SWT meluaskan rahmat-Nya agar menaungi seluruh hamba-hamba- Nya yang tekun beribadat dan taat kepada-Nya dengan memberi ganjaran pahala yang berlipat kali ganda.

Pada bulan ini juga terdapat satu malam yang lebih mulia berbanding 1,000 bulan, iaitu lailatul qadar. Padanyalah diturunkan al-Quran yang dijadikan panduan bagi seluruh umat Islam.
Firman Allah SWT: Sesungguhnya Kami telah menurunkan (al-Quran) itu pada malam al-Qadar. Apakah cara yang membolehkan engkau mengetahui kebesaran lailatulqadar itu? Lailatul qadar ialah malam yang paling baik berbanding 1,000 bulan. Pada malam itu, para malaikat dan Jibril turun dengan izin Tuhan mereka membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun berikutnya). Sejahteralah malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar. (al-Qadr: 1-5).

Oleh itu, sesiapa yang beribadat pada bulan Ramadan dan menepati malam lailatul qadar, ganjaran pahala amalannya itu melebihi ibadah yang dilakukannya selama 1,000 bulan.

Apakah itu lailatul qadar?


Tentang makna al-Qadr, sebahagian ulama berpendapat ia bermaksud pengagungan. Dari sini dapat kita fahami bahawa lailatul qadar bermaksud malam yang memiliki keagungan kerana diturunkan al-Quran pada malam tersebut, turunnya para malaikat, melimpahnya rahmat dan keampunan Allah serta Allah akan menganugerahkan keagungan (kemuliaan) kepada mereka yang beribadat pada malam itu.


Al-Qadr juga bermaksud penetapan. Oleh itu, lailatul qadar juga bermaksud malam penetapan segala urusan yang bakal berlaku pada tahun berikutnya. Ini jelas bertentangan dengan tanggapan kebanyakan umat Islam di Malaysia yang beranggapan bahawa malam Nisfu Syaaban merupakan malam di mana Allah menetapkan apa yang ditakdirkan untuk kita pada tahun berikutnya.


Mereka berhujah dengan firman Allah SWT: Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Quran itu pada malam yang berkat; (Kami berbuat demikian) kerana sesungguhnya Kami sentiasa memberi peringatan dan amaran (agar hamba-hamba Kami tidak ditimpa azab). (Kami menurunkan al-Quran pada malam itu kerana) pada malam yang berkat itu dijelaskan (kepada malaikat) tiap-tiap perkara yang mengandungi hikmat serta ketetapan yang bakal berlaku. (al-Dukhan: 3-4.

Menurut tafsiran 'Ikrimah, malam yang diberkati dan ditetapkan segala urusan manusia itu adalah malam Nisfu Syaaban. Namun, pendapat ini tertolak kerana nas-nas yang sahih menjelaskan bahawa al-Quran diturunkan pada bulan Ramadan. Malam yang diberkati itu adalah malam lailatul qadar sebagaimana yang terdapat di dalam surah al-Qadr yang penulis paparkan sebelum ini.

Al-Hafiz Ibn Kathir r.h ketika mentafsirkan surah al-Dukhan, ayat 3-4, katanya: "Allah berfirman menjelaskan tentang al-Quran al-Adzim bahawa al-Quran diturunkan pada malam yang penuh berkat, iaitu malam al-Qadr sebagaimana firman Allah di dalam surah al-Qadr: Sesungguhnya Kami telah menurunkan (al-Quran) ini pada malam al-Qadr. (al-Qadr: 1).
Hal itu terjadi pada bulan Ramadan sebagaimana firman Allah: (Masa yang diwajibkan kamu berpuasa ialah) bulan Ramadan yang diturunkan al-Quran padanya...(al-Baqarah: 185).
Pengajaran di sini ialah sesiapa yang mengatakan bahawa malam yang dimaksudkan (dalam surah al-Dukhaan itu) adalah malam Nisfu Syaaban seperti yang diriwayatkan daripada 'Ikrimah, bererti dia telah menjauhkan diri dari pengertian asalnya. Ini kerana, nas al-Quran menegaskan bahawa yang dimaksudkan dengan malam yang penuh berkat itu (lailatul qadar) adalah pada bulan Ramadan. (Rujuk Kitab Tafsir al-Quran al-'Adzim karya al-Hafiz Ibn Kathir, jil. 4, ms. 137).

Syeikh Muhammad Abdul Salam r.h berkata: "Keyakinan bahawa malam Nisfu Syaaban adalah malam al-Qadr adalah keyakinan yang salah". Demikian kesepakatan para ulama hadis sebagaimana dijelaskan oleh Ibn Kathir di dalam tafsirnya. Ketika menjelaskan Sunan al-Tirmizi, Ibn al-Arabi mengatakan bahawa firman Allah di dalam surah al-Dukhan, ayat 3: Sesungguhnya kami menurunkan al-Quran bermaksud diturunkan pada malam Nisfu Syaaban adalah tidak benar kerana Allah tidak pernah menurunkan al-Quran pada bulan Syaaban.


Ayat itu harus difahami secara lengkapnya sesungguhnya Kami menurunkan al-Quran pada malam al-Qadr di mana lailatul qadar itu hanya wujud pada bulan Ramadan. Hal ini juga ditegaskan oleh Allah di dalam surah al-Baqarah, ayat 185 di atas tadi.


Keyakinan al-Qadr berlaku pada malam Nisfu Syaaban bertentangan dengan Kitabullah dan jauh terpesong dari isi kandungannya.


Perlu kami ingatkan bahawa Allah sendiri menegaskan tentang malam itu di dalam surah al-Dukhan, ayat 3: (Kami menurunkan al-Quran pada malam itu kerana) pada malam yang berkat itu dijelaskan (kepada malaikat) tiap-tiap perkara yang mengandungi hikmat serta ketetapan bermaksud pada malam al-Qadr dijelaskan segala hal kepada malaikat bukannya pada malam Nisfu Syaaban. (Rujuk Kitab al-Sunan wa al-Mubtada'at karya Muhammad Abdul Salam Khadr al-Syaqiry, ms. 156).


Bilakah berlakunya lailatul qadar?

Sabda Rasulullah SAW: Carilah lailatul qadar pada malam-malam yang ganjil daripada 10 malam terakhir di bulan Ramadan. (riwayat al-Bukhari di dalam sahihnya, no: 2017.
Dalam sabdanya yang lain baginda SAW menyebut: Carilah (lailatulqadar) pada 10 malam terakhir. Jika seseorang kamu lemah atau tidak mampu, janganlah Dia kalah (putus asa) mencarinya pada baki tujuh malam terakhir. (riwayat Muslim di dalam Sahihnya, no: 1165).
Kombinasi hadis di atas dapatlah kita simpulkan bahawa kita sepatutnya menggandakan ibadah pada malam yang ganjil bermula 10 malam terakhir pada bulan Ramadan terutamanya pada malam ke 23, 25, 27 dan 29.

Apakah Lailatul Qadar bersifat khusus atau umum?

Apakah Lailatul Qadar bersifat khusus atau umum?
(هل هي ليلة عامة أو خاصة ؛)

Diantara perkara yang dibahaskan ulama' disini adalah : apakah Lailatul Qadar dikhususkan kepada beberapa orang (tertentu sahaja), lalu menzahirkan kepadanya melihat alamat-alamat, atau melihatnya didalam mimpi, atau ada karamah luarbiasa yang terjadi, dan tidak berlaku kepada orang lain? Atau ia merupakan satu malam yang bersifat umum kepada kesemua orang Islam, sehingga hasil pahala dapat dikecapi bersama kepada sesiapa yang melakukan solat / qiam pada masa itu, walaupun tidak dizahirkan apa-apa alamat sekalipun?

Maka kebanyakkan ulama telah memilih pandangan kedua, bersandarkan hadith Abu Hurairah ra.:


من يقم ليلة القدر فيوافقها..
"Barangsiapa yang berqiam pada malam Lailatul Qadar maka dia telah menjumpainya..." [Hadith Riwayat Muslim].

Begitu juga dengan hadith A'isyah ra. :-

رأيت يا رسول الله إن وافقت ليلة القدر ما أقول؟ فقال: قولي: اللهم إنك عفوٌّ تحب العفو فاعفُ عني
"Apa pendapat kamu Ya Rasulullah jika aku berjumpa dengan Lailatul Qadar dan apa yang hendak aku ucapkan? Jawab baginda : Katakanlah : Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Tuhan yang memberi kemaafan, Engkau mencinta kemaafan, maka maafkanlah aku" [Hadith Riwayat Ibn Maajah dan Imam al-Timudzi].

Maka mereka mentafsirkan perkataan 'menjumpai' atau al-muwaafaqah (الموافقة) dengan maksud 'mengetahuinya', dan ini lah merupakan syarat untuk mendapatkan pahala, ia itu khusus dengannya (dengan 'al-Muwaafaqah').

Ulama' lain memilih makna menjumpainya : iaitu pada diri sendiri, walaupun tidak mengetahuinya, kerana sesungguhnya bukanlah menjadi syarat akibat dari melihat sesuatu atau mendengarnya, sebagaimana yang diperkatakan oleh Imam al-Thabari.

Ada beberapa kalam ulama' yang meletakkan syarat perlu mengetahui Lailatul Qadar telah menjadi sebab kebanyakan orang awam beritiqad bahawa Lailatul Qadar adalah cahaya yang kuat yang dibuka kepada beberapa orang dengan mendapat kegembiraan, dan sebahagian lain tidak mendapatnya. Maka timbullah orang berkata : Si Fulan telah mendapat Lailatul Qadar. KESEMUA INI TERMASUKLAH PERKARA YANG TIDAK DIDASARKAN DENGAN DALIL YANG JELAS DARI SYARA'.

Maka Lailatul Qadar itu bersifat UMUM kepada seluruh umat Islam yang menunggunya, mencari kebaikkan dan ganjarannya, serta apa yang disisi Allah, iaitu malam ibadat dan ketaatan, dengan melakukan Solat, Tilawah al-Quran, berdo'a, melakukan sedekah, menjalinkan silatul rahim, dan segala perbuatan yang baik.

Paling sedikit seseorang Islam itu boleh lakukan pada malam itu adalah : bersolat Isya' berjemaah, dan solat Subuh berjemaah, kerana kedua-duanya menyerupai Qiamullail. Didalam sebuah hadith sahih Nabi :saw bersabda :

من صلى العشاء في جماعة، فكأنما قام نصف الليل، ومن صلى الصبح في جماعة، فكأنما صلى الليل كله
"Barangsiapa yang bersolat Isya' berjemaah, maka seolah-olah dia telah bersolat separuh malam, dan barangsiapa bersolat Subuh berjemaah, maka seolah-olah dia telah bersolat sepenuh malam" [Hadith Riwayat Ahmad dan Muslim dengan lafaznya, dari hadith Uthman, Sahih al-Jaami' al-Shaghir #6341].

Maksudnya 'barangsiapa yang telah bersolat Subuh', iaitu setelah menunaikan solat Isya', dan diperjelaskan didalam sebuah hadith riwayat Abu Daud dan Imam al-Tirmudzi :-

من صلى العشاء في جماعة كان كقيام نصف ليلة، ومن صلى العشاء والفجر في جماعة كان كقيام ليلة
"Barangsiapa bersolat Isya' berjemaah, seakan-akan dia bersolat separuh malam, dan barangsiapa yang bersolat Isya' dan Fajar berjemaah, seakan-akan dia telah melakukan Qiamullail" [Rujukan seperti diatas, hadith #6342].


Terjemahan dari buku :

Syeikh Dr Yusuf al-Qaradhawi. Fiqh al-Shiyaam. Beirut : Muaasasah al-Risalah, 2001. ms 133.

Lailatul Qadar datang hanya sekali?

Lailatul Qadar datang hanya sekali?



Didalam kesibukan umat Islam menanti kedatangan satu malam yang penuh kemuliaan, iaitu Lailatul Qadar, ada pula dikalangan mereka yang cuba mencucuk jarum pemikiran umat Islam dengan mengatakan penantian Lailatul Qadar itu merupakan suatu penantian yang sia-sia dan sesat belaka! Bagi mereka, Lailatul Qadar hanyalah suatu catatan sejarah yang dipaparkan didalam surah al-Qadar. Mereka berpendapat bahawa Lailatul Qadar hanya berlaku sekali sahaja, iaitu pada malam penurunan al-Quran.

Salah satu keadah yang digunakan adalah dengan cara menimbulkan kekeliruan dikalangan umat Islam berkenaan dengan hadith-hadith didalam Kitab Sahih Bukhari dan juga Kitab Sahih Muslim, iaitu memaparkan beberapa malam yang berbeza-beza dijangkakan berlaku Lailtul Qadar. Misalnya didalam hadith riwayat Imam Bukhari, dari Ibn Umar ra, Nabi :saw menyeru agar umat Islam mencari Lailatul Qadar pada tujuh (7) malam terakhir. Didalam hadith yang lain pula, dari A'isyah ra. Nabi :saw menyeru agar umat Islam mencari Lailatul Qadar pada malam ganjil pada 10 malam terakhir. Dipaparkan beberapa hadith Imam Muslim yang menjelaskan malam-malam tertentu kedatangan Lailatul Qadar misalnya pada malam 25, 27, dan 29.

Penulis tersebut memberi kesimpulan : "Semua hadis tersebut adalah bercanggah, anih dan tidak boleh dipercayai. Tidak terdapat satu pun hadis yang mengatakan bahawa Nabi atau sahabat pernah terjumpa lailatul Qadar itu."

Tambah penulis tersebut : "Quran itu diturunkan kepada Nabi sekali sahaja dalam waktu hayatnya. Maka peristiwa lailatul Qadar itu tentulah juga sekali sahaja dan tidak akan berulang lagi hingga hari kiamat. Oleh itu, menunggu-nunggu kedatangan lailatul Qadar nyatalah amalan sesat dan sia-sia."

Mentafsir surah al-Qadr

Dalil yang diberikan oleh golongan ini adalah sebagaimana Firman Allah swt didalam surah al-Qadr :-

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
"Sesungguhnya kami telah menurutkan NYA pada malam al-Qadar" [al-Qadr : 1]

Penulis tersebut menjelaskan :"Ayat 97:1 menjelaskan bahawa malam qadr itu berlaku sekali sahaja iaitu satu malam waktu Quran diturunkan. Malam itulah yang dikatakan lebih baik daripada seribu bulan dimana Malaikat dan Roh juga turun.

Quran itu telah diturunkan pada bulan Ramadan, seperti yang dijelaskan di dalam ayat 2:185. "Bulan Ramadan yang padanya al-Qur'an diturunkan untuk menjadi satu petunjuk bagi manusia.."

Persoalannya sekarang adalah, perkataan HU atau NYA didalam Anzalna merujuk kepada apa? Penulis tersebut menjelaskan bahawa HU itu merujuk kepada al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan sepertimana didalam surah al-Baqarah ayat 185. Dengan hanya menggunakan kaedah tafsir al-Quran bi al-Quran, tidak mungkin seseorang itu dapat mengaitkan diantara kedua-dua surah ini; iaitu surah al-Qadar ayat 1 dan al-Baqarah ayat 185.

Keseluruhan surah al-Qadr tidak membayangkan :

a. Apa benda yang Allah swt turunkan pada malam al-Qadr?
b. Lailatul Qadar itu berlaku pada bulan apa?

Sudah tentu penulis tersebut secara diam-diam telah merujuk kepada kitab tafsir atau catatan-catatan mufassirin (ulama' tafsir) yang menjelaskan bahawa HU didalam ayat 1 surah al-Qadr merujuk kepada al-Quran, dan al-Quran diturunkan pada malam Ramadhan sebagaimana yang disebut didalam surah al-Baqarah ayat 185. Para ulama' tafsir ini juga menggunakan hadith-hadith Nabi :saw dan pandangan-pandangan sahabat didalam mentafsirkan dan mengaitkan ayat-ayat ini! Penafsiran ini juga menunjukkan mereka juga bergantung kepada hadith Nabi :saw didalam beberapa keadaan dan menafikannya didalam keadaan yang lain. Bagaikan talam dua muka.

Lailatul Qadar berlaku hanya pada malam penurunan al-Quran?

Menurut Ibn Abbas ra. (didalam Tafsir ibn Kathir), al-Quran diturunkan sekali gus (Jumlatun Wahidah) dari al-Luh al-Mahfuz ke Baitul al-Izzah (dari Langit Dunia), kemudian barulah diturunkan sedikit demi sedikit kepada Nabi :saw selama 23 tahun melalui Jibril as. Berdasarkan kenyataan bahawa pada masa itu sahajalah berlaku Lailatul Qadar, maka persoalannya sekarang : pada masa itu, Nabi :saw masih belum lagi menerima wahyu pertamanya!?. Mana mungkin baginda menyuruh umatnya mencari Lailatul Qadar sedangkan al-Quran belum lagi diturunkan kepada baginda (dari langit dunia)??

Firman Allah swt seterusnya didalam surah al-Qadr [ayat 3 hingga 5] :

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ. سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ.
"Malam Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan. Pada Malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut); Sejahteralah Malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar! "

Bagaimana pula seruan ayat diatas ini dapat dinikmati oleh umat Nabi :saw, iaitu ganjarannya beribadat selama 1,000 bulan jika peristiwa Lailatul Qadar tidak berulang lagi. Kalau benar ia hanya berlaku pada malam penurunan al-Quran, tidak perlulah Jibril as dan malaikat yang lain turun membawa rahmat, kerana pada masa itu al-Quran hanya sampai di Langit Dunia, dan baginda Rasul :saw belum lagi menerima surah al-Qadr.

Hadith Lailatul Qadar saling bercanggah?

Apakah hadith-hadith ini bercanggah diantara satu sama lain? Sudah tentu tidak. Ia merupakan tips yang di berikan oleh Nabi :saw kepada umatnya untuk mempertingkat amalan pada sepuluh malam terakhir. Mereka yang mengatakan bahawa hadith-hadith ini bercanggah adalah mereka yang tidak mengetahui uslub dan keadah hadith.

Lihat beberapa contoh hadith yang menceritakan berkenaan dengan amalan mana yang terbaik yang harus dilakukan. Dengan soalan yang sama, kita akan dapati bahawa Nabi :saw akan memberi beberapa variasi jawaban. Kesemuanya di kategorikan sebagai amalan soleh yang afdal untuk dilakukan.

(a) Dari Abu Zar al-Ghaffari, mereka telah bertanya Nabi :saw :-

أي العمل أفضل ؟ قال : إيمان بالله ، وجهاد في سبيله
"Amalan manakah yang paling utama? Nabi :saw menjawab : Beriman dengan Allah, dan berjihad dijalannya" [Riwayat Bukhari, al-Jaami al-Sahih #2518]

(b) Dari Abdullah bin Mas'ud, mereka telah bertanya Nabi :saw :-

. أي العمل أفضل ؟ قال : الصلاة على ميقاتها قلت : ثم أي ؟ قال : ثم بر الوالدين . قلت : ثم أي ؟ قال : الجهاد في سبيل الله
"Amalan manakah yang paling utama? Nabi :saw menjawab : Bersolatlah pada waktynya. Aku berkata : kemudian apa? Nabi bersabda : berbuat baiklah kepada kedua ibu-bapa. Aku berkata : kemudian apa lagi?. Nabi bersabda : berjihad dijalan Allah" [Riwayat Bukhari, al-Jaami al-Sahih #2782]

(c) Dari Abu Hurairah ra. : mereka telah bertanya Nabi :saw :-

أي العمل أفضل ؟ فقال : إيمان بالله ورسوله . قيل : ثم ماذا ؟ قال : الجهاد في سبيل الله . قيل : ثم ماذا ؟ قال : حج مبرور .
"Amalan manakah yang paling utama? Nabi :saw menjawab : beriman dengan Allah dan Rasulnya. Mereka berkata : kemudian apa lagi? Nabi bersabda : Berjihad pada Jalan Allah. Mereka berkata : kemudian apa lagi? Nabi bersabda : Haji yang mabrur" [Riwayat Bukhari, al-Jaami al-Sahih #26]

Berdasarkan 3 contoh hadith diatas ini, apakah jawaban Nabi :saw bercanggah? Sudah tentu tidak, Nabi :saw memberi beberapa alternatif untuk umatnya agar melakukan amalan soleh yang baginda rekomen. Begitu jugalah hadith berkenaan dengan tarikh Lailatul Qadar, dimana Nabi :saw memberi beberapa petunjuk mengenai hari tersebut. Kedatangan Lailatul Qadar sentiasa menjadi tarikh misteri agar umat Islam melipat gandakan amalan mereka didalam bulan Ramadhan, lebih-lebih pada 10 malam terakhir. Dengan kata lain, jika tidak mampu setiap buat setiap malam, lakukan pada malam-malam ganjil, atau beramallah pada malam 25, 27 dan 29 Ramadhan.

Carilah Lailatul Qadar

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Syeikh Dr Yusuf al-Qardhawi, Lailatul Qadar adalah milik semua umat Islam yang menanti kedatangannya. al-Qaradhawi menegaskan bahawa hanya orang yang BIJAK sahaja yang benar-benar menantikan Lailatul Qadar. Mana mungkin seseorang itu melepaskan ganjaran keuntungan 3,000,000% (ثلاثة ملايين في المائة؟) ??? Iaitu ganjaran melakukan amalan 1,000 bulan yang menyerupai 83 tahun 4 bulan yang hanya dapat dikecapi pada satu malam.

Umat Islam di galakkan mencari Lailatul Qadar pada setiap bulan Ramadhan. Banyak hadith-hadith sahih yang menceritakan kelebihan beribadat pada malam Lailatul Qadar. Contohnya, hadith dari Abu Hurairah ra :-

من قام ليلة القدر إيمانًا واحتسابًا غُفر له ما تقدم من ذنبه
Barangsiapa yang berqiam pada malam al-Qadar dengan beriman dan penuh pengharapan, Allah akan mengampunkan dosanya yang lalu" [Hadith Riwayat Bukhari].

Hadith dibawah jelas menunjukkan bahawa Nabi :saw menggalakkan umatnya mencari Lailatul Qadar pada 7 malam terakhir. Sabda Nabi :saw :-

أرى رؤياكم قد تواطأت (أي توافقت) في السبع الأواخر، فمن كان متحريها، فليتحرها في السبع الأواخر
"Aku melihat mimpi kamu telah bertemu (Lailatul Qadar) pada 7 malam terakhir, maka barangsiapa hendak mencarinya, maka carilah pada tujuh malam terakhir" [Mutafaq 'alaih dari Ibn Umar ra].

Begitu juga dengan hadith berikut menggalakkan umat Islam mencari Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir Ramadhan. Sabda baginda :saw :-

التمسوها في العشر الأواخر، فإن ضعف أحدكم أو عجز، فلا يُغلبن على السبع البواقي
"Carilah ia pada 10 malam terakhir, jika salah seorang dari kamu dhaef (lemah) atau uzur, maka janganlah dikalah pada 7 malam yang berbaki" [Hadith riwayatkanoleh Ahmad, Muslim, dari Ibn Umar ra].

Hadith-hadith ini jelas menunjukkan bahawa umat Islam digalakkan mencari Lailatul Qadar pada setiap kali kedatangan bulan Ramadhan. Cuma terdapat segelintir mereka yang menggelarkan diri mereka sebagai kumpulan "al-Quran alone" atau dikenali sebagai GAH (Golongan Anti Hadith) mengatakan bahawa Lailatul Qadar hanya berlaku sekali sahaja, iaitu pada masa penurunan al-Quran.

Pandangan ini jelas bercanggah dengan hadith-hadith sahih. Mana mungkin baginda menyuruh umatnya mencari Lailatul Qadar sedangkan al-Quran belum lagi diturunkan kepada baginda (kerana masih berada di langit dunia)?? Malah sejarah membuktikan bahawa Nabi :saw sendiri pada 10 malam terakhir Ramadhan akan beriktikaf di masjid dan membangunkan ahli keluarganya. Disini kita lihat bahawa mereka ini melakukan tafsiran menurut akal mereka dan membelakangkan hadith-hadith yang sahih. Namun demikian, mereka tidak dapat lari dari hakikat menggunakan pandangan ulama' bagi mentafsir maksud al-Quran itu sendiri, yang sudah tentunya ulama tafsir menjadikan hadith Nabi :saw sebagai dasar.

Sekian, wassalam

Posted by kamin at 2:03 PM 0 comments

Malam al-Qadar (Lailatul Qadar) Di Bulan Ramadhan

Malam al-Qadar (Lailatul Qadar) Di Bulan Ramadhan

http://fiqh-sunnah.blogspot.com

Keutamaan Lailatul Qadar sangat besar kerana malam tersebut menyaksikan turunnya al-Qur’an al-Karim, iaitu kitabullah yang menjadi petunjuk bagi mereka yang berpegang dengannya kepada jalan kemuliaan dan mengangkat ke darjat yang mulia dan abadi. Umat Islam yang mengikuti sunnah Rasulnya tidak perlu mengguna pakai tanda-tanda tertentu dan tidak pula memasang lampu-lampu pelita untuk memperingati malam ini, akan tetapi mereka wajar untuk berlumba-lumba bangun di malam harinya dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah.

Berikut ini adalah di antara keutamaan malam Lailatul Qadar berdasarkan dalil-dalil yang sahih.

1. Keutamaan Lailatul Qadar (Malam al-Qadar)

Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahawasanya malam itu lebih baik dari seribu bulan dan merupakan malam yang diberkahi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya Kami menurunkan al-Qur’an pada malam al-Qadar, tahukah engkau apakah malam al-Qadar itu? Malam al-Qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Rabb mereka (untuk mengatur) segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sehingga terbit fajar.” (al-Qadar, 97: 1-5)

Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan yagn penuh hikmah:

“Sesungguhnya Kami menurunkan pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (iaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (ad-Dukhan, 44: 3-6)

2. Waktunya

Diriwayatkan dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bahawa malam tersebut terjadi pada tanggal malam ke 21, 23, 25, 27, 29 dan malam-malam terakhir dari bulan Ramadhan. (Pendapat-pendapat yang terdapat dalam masalah ini berbeza-beza, Imam al-Iraqi telah mengarang suatu risalah khusus yang diberi judul Syarhush Shadr bi Dzikri Lailatil Qadar yang membawakan perkataan para ulama berkaitan permasalahan ini)

Imam asy-Syafi’i berkata, “Menurut pemahamanku, wallahu a’lam, Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab bertepatan dengan yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau, “Adakah kami mencarinya di malam ini?” Beliau menjawab, “Carilah di malam tersebut”.”

Pendapat yang paling kuat, terjadinya Lailatul Qadar itu pada malam-malam terakhir bulan Ramadhan berdasarkan hadis ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata bahawa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda:

“Carilah Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.” (Hadis Riwayat al-Bukhari (4/225) dan Muslim (1169))

Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sehingga terluput dari tujuh hari terakhir, kerana riwayat dari Ibnu Umar, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka janganlah sampai terluput tujuh hari yang selebihnya.” (Hadis Riwayat al-Bukhari (4/221) dan Muslim (1165))

“Aku melihat mimpi kalian telah terjadi, barangsiapa yang mencarinya carilah pada tujuh hari terakhir.”

Telah diketahui di dalam as-sunnah, pemberitahuan ini wujud adalah kerana pada masa itu berlaku perselisihan di antara para sahabat. Dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam keluar pada malam al-Qadar, ada dua orang sahabat berdabat, beliau bersabda:

“Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kamu berkenaan Lailatul Qadar, tetapi ada dua orang sedang berselisih sehingga pengetahuan berkenaannya tidak diberikan. Mudah-mudahan ini lebih baik bagi kamu, carilah di malam 29, 27, 25 (dan dalam riwayat lain, pada malam ke tujuh, sembilan dan lima).” (Hadis Riwayat al-Bukhari (4/232))

Telah banyak hadis yang mengisyaratkan bahawa Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir, yang lainnya menegaskan di malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir. Hadis yang pertama sifatnya umum, manakala hadis kedua adalah khusus, maka riwayat yang khusus lebih diutamakan daripada yang umum. Dan ada beberapa hadis yang lain turut menjelaskan bahawa Lailatul Qadar itu berlaku pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan dan yang ini terikat kepada yang mengalami ketidakmampuan dan kelemahan, sehingga tidak ada masalah. Makanya, di sini hadis-hadis yang berkaitan adalah saling bersesuaian dan tidak bertentangan.

Kesimpulannya, jika seorang muslim ingin mencari Lailatul Qadar, maka carilah ia pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, 21, 23, 25, 27 dan 29. Sekiranya tidak berupaya mencarinya pada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam-malam ganjil tujuh hari terakhir iaitu 25, 27 dan 29. Wallahu a’lam.

3. Bagaimana Mencari Lailatul Qadar

Sesungguhnya malam yang diberkahi ini barangsiapa yang terhalang dari mendapatkannya, maka bererti dia telah terhalang dari seluruh kebaikan (baginya). Dan tidaklah terhalang dari kebaikan itu melainkan (bagi) orang yang rugi. Oleh kerana itu dianjurkan bagi kaum muslimin (agar) bersemangat dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah untuk menghidupkan Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan pengharapan terhadap pahala-Nya yang besar, jika telah berbuat demikian niscaya akan diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Barangsiapa berdiri (solat) pada malam al-Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Hadis Riwayat al-Bukhari (4/217) dan Muslim (759))

Disunnahkan untuk memperbanyakkan do’a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahawa dia bertanya, “Ya Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mendapat Lailatul Qadar (mengetahui terjadinya), apa yang mesti aku ucapkan?” Beliau menjawab,

“Ucapkanlah, Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan Mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku.” (Hadis Riwayat at-Tirmidzi (3760), Ibnu Majah (3850) dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Sanadnya sahih)

Semoga Allah memberkati dan memberi taufiq kepada kita dalam usaha mentaati-Nya. Berdasarkan beberapa penjelasan tadi, maka kita telah mengetahui serba sedikit bagaimana keadaan Lailatul Qadar dan keutamaannya untuk berusaha mendapatkannya. Maka wajarlah kita berusaha untuk bangun (menegakkan ibadah, solat, dan berdoa) pada sepuluh malam-malam yang terakhir. Bersungguh-sungguhlah dalam menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi hubungan suami isteri. Juga perintahkanlah kepada keluarga kita untuk tujuan yang sama iaitu memperbanyakkan perbuatan ketaatan.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:

“Adalah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam apabila memasuki sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau memperkuatkan ikatan kainnya sambil menghidupkan malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (Hadis Riwayat al-Bukhari (4/233) dan Muslim (1174))

Juga dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

“Adalah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersungguh-sungguh (dalam beribadah) apabila telah masuk sepuluh malam terakhir yang tidak beliau lakukan pada malam-malam pada bulan selainnya.” (Hadis Riwayat Muslim (1174))

4. Tanda-Tandanya

Mudah-mudahan Allah membantu kita dengan pertolongan-Nya dalam memahami datangnya malam al-Qadar. Dalam hal ini, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menggambarkan (menyifatkan) paginya Lailatul Qadar agar seseorang muslim dapat mengetahuinya.

Dari ‘Ubai radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Pagi hari (setelah) Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan (tanpa sinar), seakan-akan ia bejana sehinggalah ia meninggi.” (Hadis riwayat Muslim (762))

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliau bersabda:

“Siapa di antara kalian yang masih ingat ketika terbit bulan yang ianya seperti syiqi jafnah (separuh mangkuk).” (Hadis Riwayat Muslim (1170). Kalimat syiqi jafnah, syiq membawa erti setengah, jafnah pula ertinya bejana. Al-Qadhi ‘Iyadh berkata, “Dalam hadis ini menunjukkan isyarat bahawa Lailatul Qadar hanya di akhir bulan, kerana bulan tidak akan berbentuk (berupa) sedemikian rupa ketika terbit melainkan ketika di akhir-akhir bulan”)

Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Malam al-Qadar adalah malam yang indah penuh kelembutan, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin. Manakala pada keesokan harinya sinar mataharinya kelihatan melemah kemerah-merahan.” (Hadis Riwayat ath-Thayalisi (394), Ibnu Khuzaimah (3/231), al-Bazzar (1/486) dan sanadnya hasan)

Mencari Lailatul Qadar

Mencari Lailatul Qadar
Oleh Idris Musa
idris@hmetro.com.my


"SESUNGGUHNYA Kami menurunkannya (al-Quran) ini pada malam Lailatul Qadar. Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran malam Lailatul Qadar itu?


"SESUNGGUHNYA Kami menurunkannya (al-Quran) ini pada malam Lailatul Qadar. Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran malam Lailatul Qadar itu?

***************************************

Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara. Sejahteralah malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar!" (Al-Qadr:1-5)


Lailatul Qadar itu ialah satu malam pada Ramadan yang penuh berkat, iaitu malam yang mengandungi banyak kebaikan, kerana pada malam itu malaikat turun membawa rahmat dan kesejahteraan seperti diterangkan dalam al-Quran.

Agung dan mulianya Lailatul Qadar sehingga Rasulullah s.a.w menganjurkan umatnya melakukan persediaan menyambut dan menghayati malam yang berkat itu. Persediaan yang dimaksudkan itu bukan dengan pesta yang tidak ketentuan, tetapi dengan amal ibadat yang membawa rahmat.

Daripada Abu Hurairah r.a, Nabi Muhammad s.a.w bersabdanya, bermaksud: "...sesiapa menghayati malam Lailatul Qadar dengan mengerjakan solat (dan pelbagai ibadat lain), sedang dia beriman dan mengharapkan rahmat Allah Taala, nescaya dia diampunkan dosanya yang lalu." (Hadis sahih riwayat Bukhari)

Ibadat yang dimaksudkan termasuk membaca al-Quran, berzikir, beristighfar, bertaubat dan berdoa pada malam yang berkat itu manakala beriman disebut dalam hadis berkenaan merujuk kepada kepercayaan dan keyakinan benarnya keistimewaan Lailatul Qadar yang mulia itu.

Sebenarnya Ramadan, al-Quran dan malam Lailatul Qadar adalah gandingan yang mempunyai hubungan sangat rapat. Al-Quran diturunkan pada malam Lailatul Qadar, pada Ramadan.

Walaupun Lailatul Qadar mempunyai keberkatan dan kebaikan berlimpah ruah, sehingga dikatakan tiada tandingan berbanding malam lain, ia tidak dinyatakan dengan jelas pada hari tertentu.

Tetapi Rasulullah s.a.w ada membayangkan malam berkenaan, malah menasihati supaya melakukan persediaan untuk menghadapinya, seperti dinyatakan dalam hadis bermaksud:

Daripada Aisyah r.a, Rasulullah s.a.w bersabda: "Bersedialah dengan bersungguh-sungguh untuk menemui Lailatul Qadar pada malam ganjil 10 malam akhir Ramadan." (Hadis sahih riwayat Bukhari)

Malam yang ganjil sudah pasti malam 21, 23, 25, 27 dan 29 Ramadan. Ada hadis yang menyatakan Lailatul Qadar pernah ditemui pada zaman Rasulullah s.a.w pada malam 21 Ramadan dan malam 23 Ramadan.

Baginda juga pernah meminta seorang sahabat yang bertanya mengenai Lailatul Qadar supaya dia bersedia menghayatinya pada malam 27 Ramadan.

Keterangan di atas menunjukkan Lailatul Qadar tidak tetap, sebaliknya boleh bertukar dalam 10 malam terakhir Ramadan pada setiap tahun.

Hikmah malam penuh berkat itu dirahsiakan supaya setiap orang Islam bersungguh-sungguh menghayati 10 malam terakhir Ramadan dengan amal ibadat dan memberi pengharapan yang tinggi kepada Ilahi supaya dapat bertemu malam berkenaan.

Imam Nawawi, berkata: "Lailatul Qadar dapat disaksikan orang yang dikehendaki Allah pada tiap-tiap tahun ketika Ramadan, sebagaimana yang diterangkan dengan jelas dalam hadis Rasulullah s.a.w dan diberitakan juga oleh orang yang soleh..."

Kemudian beliau menyebutkan penjelasan Imam Al-Mawardi, dalam kitabnya, Al-Hawi: Bahawa orang yang dapat menyaksikan Lailatul Qadar, elok dia menyembunyikan perkara yang disaksikan (supaya dia terselamat daripada perasaannya) dan hendaklah dia berdoa (pada saat yang berkat itu) dengan ikhlas serta sepenuh-penuhnya yakin dengan permohonan yang disukainya mengenainya agama dan dunianya, biarlah kebanyakan doanya itu untuk (kebaikan dan keselamatan) agama serta hari akhirat."

Ada orang berkata, mereka yang menemui Lailatul Qadar akan melihat cahaya terang di segenap tempat manakala sesetengah pihak mendakwa mendengar ucapan salam dan kata-kata lain daripada malaikat, melihat semua benda termasuk pokok rebah (sujud) dan doanya makbul.

Bagaimanapun, Imam at-Tabari memilih pendapat yang menegaskan, semuanya itu tidak lazim (tidak semestinya dia dapat melihatnya), kerana tidak disyaratkan melihat sesuatu atau mendengarnya untuk menemui Lailatulqadar.

Cuma yang penting ialah taat beribadat kerana Allah semata-mata dan ganjaran orang beribadat adalah terjamin, sama ada dapat dirasai di dunia atau di akhirat. Justeru, umat Islam digesa rajin beribadat pada Ramadan, lebih-lebih lagi pada 10 malam terakhir Ramadan.

Rasulullah s.a.w contoh terbaik menghayati Ramadan, terutama 10 malam yang akhir dengan beriktikaf di masjid dan melakukan amal ibadat sebagai persediaan untuk menyambut kedatangan Lailatul Qadar.

Daripada Aisyah r.a katanya: "Rasulullah s.a.w memperbanyakkan amalan apabila sampai hari yang ke-10 terakhir Ramadan, baginda juga membangunkan isterinya agar beribadat (solat sunat, membaca al-Quran, berzikir dan lainnya). Baginda juga menjauhkan diri daripada bergaul serta bermesra dengan isterinya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Menurut ulama, Lailatul Qadar kemuncak Ramadan kerana kemuliaannya yang diterangkan di dalam al-Quran dan hadis Nabi s.a.w, malah malam berkenaan dirakamkan khusus dalam satu surah di dalam al-Quran, menunjukkan keistimewaannya.

Orang yang tekun beribadat pada 10 malam yang berkenaan akan mendapat rahmat yang dijanjikan kerana sudah sabit dalam hadis yang sahih Lailatul Qadar wujud pada satu daripada 10 malam itu.

Justeru, orang yang tekun beribadat pada 10 malam terbabit akan mendapat rahmat yang dijanjikan itu, sama ada dia menemuinya atau tidak dan tidak melihat apa-apa. Cuma yang dapat menemuinya dianjurkan berdoa kebaikan, kesejahteraan dan keampunan.

Nabi s.a.w ada mengajar berdoa seperti berikut: "Ya Allah, ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau sentiasa memaafkan (salah silap hamba-Mu), lagi suka memaafkan, oleh itu maafkanlah salah silapku."

Yang penting ialah menghayati malam terbabit dengan amal ibadat, beriman dengan yakin Lailatul Qadar itu adalah benar dan dituntut menghayatinya dengan amal ibadat semata-mata ikhlas dengan mengharapkan rahmat dan reda-Nya.

Beberapa Info Berguna Berkenaan Malam Al-Qadar

Beberapa Info Berguna

Berkenaan Malam Al-Qadar

Oleh
Zaharuddin Abd Rahman

http://www.zaharuddin.net/


Laylatul Qadar atau Malam al-Qadar telah diketahui umum sebagai malam yang amat istimewa buat seluruh umat Islam. Ia berdasarkan ayat al-Quran dari surah al-Qadr . Firman Allah SWT :

Ertinya : "Malam Al-Qadar lebih baik dari seribu bulan" (Al-Qadr : 2) .

Di Malam ini jugalah Nabi SAW bersungguh-sungguh beribadat melebihi malam-malam Ramadhan yang lain. Disebutkan di dalam sebuah hadith :-

Ertinya : Adalah Nabi SAW, beribadat dengan (lebih) bersungguh dan kuat di sepuluh malam terakhir Ramdhan, tidak sebagaimana baginda di malam-malam yang lain" ( Riwayat Muslim, no 1175 )

Sebuah lagi hadis menyebut :-

انه كان يعتكف فيها ويتحرى ليلة القدر خلالها

Ertinya : "Adalah Nabi SAW beriktikaf padanya dan berusaha mencari malam al-qadar darinya (malam-malam ramadhan)" ( Riwayat al-Bukhari & Muslim)

أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا دخل العشر أحيا الليل وأيقظ أهله وشد مئزره

Ertinya : " Apabila telah masuk 10 terakhir bulan Ramadhan, maka Nabi menghidupkan malam, mengejutkan isterinya dan mengetatkan kainnya (tidak menyetubuhi isterinya kerana amat sibuk dengan ibadat yang khusus)" ( Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Waktunya

Para ulama antaranya Syeikh Dr Yusof Al-qaradawi menyebut bahawa tarikh malam lailatul qadar sengaja di sembunyikan oleh Allah SWT agar umat manusia berusaha bersungguh-sungguh bagi mencarinya, bagaimanapun ada disebutkan terdapat tanda-tanda akan kemunculan malam yang terhebat ini.

Iaitu seperti hari esoknya yang tidak terlampu panas dan tidak pula sejuk, matahari pula tidak memancarkan sinarannya dan pelbagai lagi. Ia semuanya berasal dari hadith-hadith yang sohih.

Bagaimanapun tanda-tanda ini tidaklah begitu penting bagi individu yang benar-benar telah beribadat sepanjang malam. Ia juga tidak banyak memberikan manfaat kerana malam tersebut sudah terlepas sekiranya tanda itu dikenalpasti esoknya.

Malah, tanda ini juga adalah amat sukar menjadi tepat kerana suasana dan cuaca sesebuah Negara adalah berlainan. Di Negara barat contohnya mungkin sentiasa mendung kerana berada dalam musim sejuk, musim bunga manakala di Afrika pula mungkin sedang mengalami keterikan. Adakah malam al-qadar tidak muncul di tempat mereka kerana setiap siang adalah terik?.

Jawabnya, tanda-tanda ini hanyalah contoh yang berlaku di zaman Nabi SAW dan tidak lebih dari itu.

Menurut pandangan yang paling kuat di kalangan para ulama, ianya berlaku pada sepuluh malam yang terakhir, iaitu pada malam-malam ganjil.

Hadith Nabi menyebut:-

التمسوها في العشر الأواخر من رمضان

Ertinya : " Carilah ia (malam al-qadar) di sepuluh malam terakhir dari bulan ramadhan" (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Bagaimanapun, kita sekali lagi mungkin kebingungan pada tahun-tahun tertentu JIKA negara Arab memulakan puasa pada tarikh yang berbeza dengan negara-negara di Nusantara. Justeru, pada malam ganjil menurut kiraan Malaysia atau Saudi ?. Hal ini sukar diputuskan oleh para Ulama. Sudahnya, mereka menyarankan agar dihidupkan seluruh malam sahaja. Jawapan termudah tetapi tidak memuaskan hati tentunya. Wallahu alam.





Tarikhnya Berubah atau Tetap Setiap Tahun?

Sebahagian ulama mengatakannya bersifat tetap pada setiap tahun iaitu pada malam 27 Ramadhan, manakala majoriti ulama termasuk Imam An-Nawawi As-Syafie pula berpendapat ianya bertukar-tukar pada setiap tahun dan tidak kekal pada satu tarikh (Al-Majmu' 6/450).

Selain dari itu, berdasarkan dalil hadith al-Bukhari, kemungkinan terbesar adalah jatuh pada tujuh malam terakhir iaitu samada 25, 27 atau 29 Ramadhan berdasarkan sabdaan Nabi SAW:-

أرى رؤياكم قد تواطأت في السبع الأواخر ، فمن كان متحريها فليتحرها في السبع الأواخر

Ertinya : Aku lihat mimpi kamu (sahabat) telah menepati di tujuh malam terakhir, sesiapa yang mencarinya, maka carilah ia di tujuh malam terakhir" ( Riwayat al-Bukhari , no 1911 & Muslim)

Dari tiga tarikh harapan itu, tarikh 27 Ramdhan adalah yang paling diharapkan oleh kebanyakan umat Islam (terutamany di negara Arab) dan ia juga dipegang oleh kebanyakan Sahabat Nabi SAW serta ulama silam, sehinggakan seorang sahabat bernama Ubay Bin Ka'ab ra bersumpah ia adalah malam ke dua puluh tujuh (di zamannya secara khasnya kerna beliau telah melihat tandanya dan zaman lain umumnya), sebagaimana dalil hadith yang menyebut:-

ليلة القدر ليلة سبع وعشرين

Ertinya : "Malam al-Qadar dalah malam ke dua puluh tujuh" (Riwayat Ahmad, Abu Daud, no 1386 )

Doa Terpenting Semasa Lailatul Qadar

Allah s.w.t pernah menegur manusia yang lupa doa untuk akhirat mereka di masa puncak kemakbulan doa. Anataranya seperti hari Arafah, sebagaimana dinyatakan dalam firmanNya :-

فَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ

Ertinya : Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat ( Al-Baqarah : 200 )

Jelas dalam ayat ini Allah s.w.t menegur manusia yang lupakan kebaikan akhiratnya.

Lalu Allah s.w.t mewartakan bentuk doa yang sepatutnya, iaitu yang merangkumi kebaikan dunia dan akhirat..dan dilebihkan 'portion' atau bahagian akhirat apabila di tambah "selamatkan dari api neraka". Beerti doa untuk bahagian akhirat perlu lebih dari dunia.

Lihat doa yang diingini Allah s.w.t :-

وِمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ertinya : "Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: ""Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" ( Al-Baqarah : 201 )

Di malam-malam akhir ramadhan ini target utama kita adalah mendapatkan keampunan Allah s.w.t. Inilah yang disebut dalam jawapan nabi s.a.w kepada Aisyah r.a :-

وقالت عائشة ـ رضي الله عنها ـ : يا رسول الله إن وافقت ليلة القدر، فما أقول ؟ قال: قولي: اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني

Ertinya : "Berkatalah Aisyah , Wahai Rasulullah, jika aku berkesempatan bertemu Malam Al-Qadar, apakah yang perlu aku katakan (doa) ? Bersabda Nabi : " Sebutlah doa " Ya Allah sesungguhnya dikaulah maha pengampun , dan amat suka memberi ampun, maka berikanlah daku keampunan"

Mestikah Mendapat Tanda ?

Sabda Nabi SAW :

من يقم ليلة القدر فيوافقها..

Ertinya : Barangsiapa yang menghidupkan malam qadar ini dan mendapatnya..." ( Riwayat Muslim)

Hadiith ini menyebabkan setengah ulama mengatakan bahawa setiap individu yang mendapat keberkatan malam al-qadar mestilah mengetahui berdasarkan hadith di atas.

Bagaimanapun, pandangan yang lebih tepat adalah seseorang individu itu mampu mendapat kebaikannya, samada ia mengetahuinya atau tidak mengetahuinya, tanpa menafikan bahawa sesetengah individu diberi rezeki oleh Allah untuk mengetahuinya melalui pelbagai cara termasuk mimpi, tanda menarik dan mungkin pelik dan sebagainya.

Tidak perlulah untuk solat malam di tepi pokok atau di hadapan baldi air, kerana ingin memastikan waktu pokok sujud atau air menjadi beku. Allah akan memberikan tandanya menurut kehendakNya.

Masa Berkat Berpanjangan atau Hanya Beberapa Saat?

Saya masih ingat, semasa saya berada di zaman kanak-kanak, tersebar info kepada kebanyakkan saya dan rakan-rakan ketika itu adalah :

waktu maqbul dan berkat ini beberapa saat sahaja. Jika terlepas maka saatnya rugilah sepanjang hayat.

Rupanya, ia hanya rekaan para pereka cipta sahaja yang tidak diketahui tujuan mereka. Hakikatnya, waktu berkat lagi makbul ini adalah luas sepanjang malam, ia telah disebutkan oleh Allah dengan jelas iaitu :-

سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Ertinya : Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar ( Al-Qadr : 5 )

Inilah yang diterangkan oleh Imam Al-Qurtubi di dalam kitabnya. (Al-Jami' Li Ahkam al-Quran, 20/134 )

Wanita Haid Terhalang Dari Berkatnya ?

Adakah wanita sedang haid terhalang dari keberkatan lailatul Qadar?. Sudah tentu jawabnya tidak, Allah s.w.t maha adil. Bagi wanita sedang uzur pelbagai amalan dan ibadah yang masih boleh dilakukan seperti :-

1) Berzikir
2) Berdoa
3) Membawa terjemahan Al-Quran serta memahaminya.
4) Mendengar bacaan Al-Quran oleh suaminya, adik beradik atau dari kaset.
Sebahagian ulama silam dan moden seperti Syeikh Prof. Dr Muhammad Abu Laylah ( Prof Syariah di Univ Al-Azhar) berpendapat mereka dibenarkan juga membaca al-Quran tanpa memegangnya (melalui hafazan), malah sebahagian yang lain seperti Fatwa Ulama Saudi pula membenarkan mereka membacanya melalui mashaf. Saya tidak ingin membincangkannya di sini. Sekadar memberikan idea dan keterbukaan di kalangan para ulama.

Semoga kita diberikan kekuatan ibadah dan keikhlasan di waktu malam tersebut.

sekian

Zaharuddin Abd Rahman

http://www.zaharuddin.net/

20 Ramadhan 1428 H

2 Oktober 2007

Peluang 'Last Minute' & Lailatul Qadar

Peluang 'Last Minute' & Lailatul Qadar

Oleh
Zaharuddin Abd Rahman

http://www.zaharuddin.net/

Sedar tidak sedar, kita telah menamatkan separuh bulan Ramadhan, berbaki lagi 15 hari sahaja. Allah s.w.t sahaja yang mengetahui samada prestasi kita dalam 15 hari yang berlalu adalah cemerlang atau temberang. Kita juga mungkin mempunyai sedikit 'clue' tentang prestasi kita sendiri.



Semenjak dua menjak ini soalan-soalan agama yang sampai kepada saya menunjukkan minat orang kepada ilmu Islam secara agak luar biasa, mungkin kerana ia merupakan bulan Syaitan dibelenggu. Alhamdulillah. Kita mengharapkan prestasi dan minat yang sama akan berterusan setelah tamatnya Ramadhan nanti.

Tidak terkecuali juga, soalan-soalan yang menggambarkan agak keringnya umat Islam kini dari ilmu Islam. Dari bentuk soalan-soalan yang diutarakan, seseorang pasti dapat mengandaikan tahap ilmu dan kefahaman seseorang.

Saya tiada masalah dengan soalan sebegini, cuma adakalanya merasa sayu dengan pengetahuan si penanya. Jangan bimbang saya tidak kenal anda, tidak perlu merasa malu. Lebih penting adalah kesungguhan dan minat yang masih berbaki untuk pelajari, ia jauh lebih baik dari menjadi orang yang langsung tidak mengendahkan keredhaan dan ketetapan hukum yang ditentukan Islam. Tahniah.

Pendekatan Last Minute & Sujud Akhir

"Orang kita memang suka benda-benda 'last minute' ni" kata seorang rakan saya

"Study last minute"

"Buat kerja suka dan lebih bersemangat bila last minute"

"Solat last minute, sujud pun nak tunggu last minute"

Sehingga timbul kefahaman yang meluas di kalangan masyarakat bahawa sujud terakhir dalam solat adalah waktu yang paling maqbul doa.

Setakat pencarian saya dalam ensaiklopedia gabungan puluh ribuan kitab Fiqh yang muktabar, Tafsir dan Hadith, tidak ada sebarang bukti dari Al-Quran atau hadith nabi atau yang menyatakan doa dalam sujud terakhir adalah yang paling maqbul.

Nabi hanya beritahu bahawa ketika sujud doa adalah maqbul, tetapi tiada dikhaskan sebagai 'Keistimewaan Sujud Terakhir' . Jika ada yang tahu, haraplah memaklumkan sumber sohihnya.

Apa yang ada adalah sabda baginda Nabi s.a.w ketika menyebut :

وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا في الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ

Ertinya : Dan adapun sujud, maka berusahalah memperbanyakkan doa kerana ia amat hampir dan boleh mendapat kemustajaban bagimu" ( Riwayat Muslim, 1/348 )

Jika melihat huraian dan syarahan hadis ini oleh Imam An-Nawawi dan Ibn Hajar, kita akan mengerti bahawa sujud yang maqbul itu adalah semua jenis sujud terutamanya dalam solat fardhu. Tiada sebarang pengkhususan kepada sujud akhir.

Wallahu 'alam, tiada juga dijumpai dalam kitab Fiqh yang muktabar akan cadangan sujud akhir ini. Jika benar-benar tiada, justeru ia mungkin pengaruh tabiat 'last minute' kot..sehingga terbawa-bawa dalam ibadah.

Memang benar tidak semua jenis pendekatan 'last minute' itu tidak tepat, salah, terkeji dan tidak berasas. Dalam sesetengah keadaan ia terpaksa dilakukan, tapi yang dirisaukan adalah kualitinya mungkin boleh tergugat.

Kini, kita ada peluang kita untuk meraih ganjaran dan hasil Ramadhan semakin sampai ke minit terakhir. Bagi memastikan ramai yang berjaya, sayangnya Allah s.w.t kepada kita yang lemah ini, diberinya lagi peluang minit-minit terakhir ini dengan sesuatu yang lebih istimewa. Ia bertujuan memberikan motivasi kepada kita agar mampu menjadi insan bertaqwa serta dengan segera membina tembok iman yang kukuh sebelum keluar dari bulan mulia Ramadhan.

Peluang ibadat dalam 10 malam terakhir Ramadhan telah sedai diketahui ramai. Pengkhususan berkenaan kehebatan dan tawarannya juga bukan lagi ganjil dari minda umat Islam sedunia.





Kehebatan Malam Al-Qadr

Dalam tulisan ringkas ini, cuba sama-sama kita hayati beberapa keistimewaan Laylatul Qadar seperti berikut :-

1) Malam berkat yang di turunkan padanya Al-Quran (secara sepenuhnya dari Lawh Mahfuz ke Baytil Izzah di langit dunia sebelum diturunkan kepada Nabi SAW secara berperingkat) ;

Justeru ia disifatkan sebagai malam penuh berkat dalam ayat 3 surah ad-Dukhaan. Pandangan ini adalah sohih dari Ibn Abbas, Qatadah, Sai'd Ibn Jubayr, ‘Ikrimah, Mujahid dan ramai lagi. (Tafsir Al-Baidawi, 5/157 ; Al-Jami Li Ahkam Al-Quran, Al-Qurtubi, 16/126 )

2) Di tuliskan pada malam tersebut "qadar" atau ketetapan bagi hidup, mati, gembira, rezeki, sihat, sakit dan apa jua berkaitan qadar manusia dan destinasi mereka pada tahun itu.

Ini diambil dari firman Allah s.w.t :-

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ أَمْرًا مِّنْ عِندِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ

Ertinya : Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul ( Ad-Dukhan : 4-5)

Imam At-Tabari menyebut bahawa pada malam itu, diputuskan hal ajalnya seseorang, rezekinya, kejadiannya. Malah di malam tersebut juga, ditentukan siapa yang berkahwin dengan siapa, nama siapa yang termasuk dalam senarai kematian pada tahun berikutnya, apakah musibah yang akan menimpa dan lain-lain. Ia juga yang dihuraikan oleh Imam Qatadah, Mujahid dan Al-Hassan(Tafsir At-Tabari, 25/108 )

Imam Al-Qurtubi mencatatkan

قال بن عباس يحكم الله أمر الدنيا إلى قابل في ليلة القدر ما كان من حياة أو موت أو رزق

Ertinya : Berkata Ibn Abbas, Allah s.w.t menghakimi atau menentukan urusan untuk dunia apabila tibanya Laylatul Qadar, dari segala urusan tentang kehidupan (hambanya) atau kematian atau rezeki (Al-Jami Li Ahkam Al-Quran, Al-Qurtubi, 16/126)

Demikian juga yang difahami dari apa yang disebut oleh Ibn Abbas. (Tafsir Ibn Kathir, 137/138). Imam An-Nawawi ada menghuraikan maksud panjang bagi hal ini. (Syarah Sohih Muslim, 8/57). Menurut pandangan yang lain qadar juga membawa bermaksud mulia atau agung.

Adakah kita sudah untuk meninggal dunia hari ini atau sebentar lagi?

Adakah merasa takut untuk menunggu kehadirannya?

Saya selalu cuba menghadirkan perasaan dan persoalan ini dalam minda saya, terutamanya ketika memandu kereta dan menaiki kapal terbang. Terbayang tayar meletup dan kereta terhumban, atau kapal terbang rosak dan menunggu maut hadir sebagaimana yang saya kerap dan suka saya lihat perbincangan mengenainya di dalam rancangan 'Air Crash' terbitan National Geogharphic Channel.

Jika belum merasa sedia, maka apakah sebabnya? Adakah umur yag diberikan belum mencukupi?, atau aqal belum sempurna berfikir untuk menyiapkan persediaan.? Bukankah kita merupakan insan normal yang punyai aqal sihat, malah kita amat marah digelar 'bodoh' oleh orang lain.

Lantas, apakah lagi alasan yang ingin kita sebutkan? Adakah kerana terlalu sibuk mengejar dunia dan leka dengan kenikmatan sementaranya, sehingga tiada masa memikirkan ibadah dan mengetahui perkara halal serta haram.

Justeru, malam Al-Qadr boleh menjadi satu peluang dan ruang untuk berdoa memanjangkan umur dalam ibadah, amal soleh dan rezeki yang baik. Berusahalah.

Sama-sama kita hidupkan malam-malam akhir Ramadhan dengan dengan beribadat sehabis mungkin bagi memastikan yang terbaik buat destinasi hidup kita.

Hanya beberapa hari sahaja untuk bersengkang mata dan melawan nafsu tidur dan rehat. Jika kita punyai cuti yang agak panjang sebelum raya, habiskan ia dengan bacaan Al-Quran dan fahami ertinya. Nafsu 'shopping' dan rehat pasti akan menganggu. Lawani ia, hanya beberapa hari sahaja, paling panjang 10 hari sahaja.

3) Malam ini terlebih baik dari seribu bulan untuk beribadat.

Perlu difahami bahawa para ulama berbeza pandangan dalam pengertian seribu bulan kepada pelbagai takwilan. Cuma Imam At-Tabari selepas membawakan hampir semua pendapat-pendapat semua pihak ia mentarjihkan dengan katanya :-

وأشبه الأقوال في ذلك بظاهر التنزيل قول من قال عمل في ليلة القدر خير من عمل ألف شهر ليس فيها ليلة القدر

Ertinya : Pendapat yang paling tepat dari zahir teks nas yang diturunkan adalah pendapat yang mengatakan erti Seribu bulan adalah "beramal di laylatu Qadr sama dengan amalan seribu bulan yang tiadanya laylatul Qadr ( selian bulan Ramdhan) ( At-Tabari, 30/259)

Imam Malik dalam al-Muwatta' membawakan satu hadis Nabi s.a.w yang memberi makna seribu bulan itu adalah gandaan sebagai ganti kerana umur umat zaman ini yang pendek berbanding zaman sebelum Nabi Muhammad SAW yang amat panjang seperti Nabi Nuh as. (Al-Muwatta, no 698, 1/321 ; Al-Jami' Li Ahkamil Quran, Al-Qurtubi, 20/133 ; Syeikh Atiyyah Saqar, Min Ahsanil Kalam Fil Fatawa, dengan pindaan).

4) Pada malam itu, turunnya para Malaikat dan Ruh (Jibrail as).

Hal ini disebutkan di dalam al-Quran dari surah al-Qadr. Manakala, dalam sebuah hadith disebutkan bahawa pada malam tersebut, malaikat akan turun dan berjalan kepada seluruh individu yang sedang beribadat secara berdiri, duduk, bersolat, berzikir, serta memberi salam kepada mereka dan mengaminkan doa mereka maka Allah akan mengampunkan mereka kecuali empat kumpulan : Peminum arak, penderhaka ibu bapa, pemutus siltarurrahmi dan individu yang sedang bermusuhan.

5) Malam itu juga disebutkan sebagai malam yang sejahtera.

Hinggakan Syaitan juga tidak mampu untuk melakukan kejahatan dalamnya. (Tafsir Ibn Kathir, 4/531 ; Al-Qurtubi, 20/134 ) . Sejahtera dan keberkatan ini akan berterusan sehingga naik fajar dan bukannya pada saat tertentu sahaja. Hal ini juga di sebutkan dari firman Allah dalam surah al-Qadr.

6) Diampunkan dosa terdahulu bagi sesiapa yang menghidupkannya dengan iman, ikhlas dan mengharap redha Allah;

Ia berdasarkan hadith sohih riwayat al-Bukhari dan Muslim. (Fath al-Bari, 4/251)

Hidup kita adalah pendek, panjangkan ia dengan amal jariah dan amalan soleh melebihi seribu bulan.


Sekian


Zaharuddin Abd Rahman

http://www.zaharuddin.net/

15 Ramadhan 1428 H

27 September 2007

Sijil pindah kes Anwar dipertikai, mahkamah putus 7 Okt

Khamis September 25, 2008
Sijil pindah kes Anwar dipertikai, mahkamah putus 7 Okt
PETALING JAYA: Mahkamah Sesyen Kuala Lumpur semalam menetapkan 7 Oktober bagi memutuskan sama ada kes liwat Datuk Seri Anwar Ibrahim perlu dipindah ke Mahkamah Tinggi.


Ia diputuskan oleh Hakim S.M.Komathy Suppiah.


Komathy berkata, beliau memerlukan masa dua minggu untuk menimbang hujah yang dikemukakan oleh pihak pendakwaan dan pembelaan.


Dalam pada itu, laporan Bernama menyebut bahawa Mahkamah Sesyen risau kerana sijil untuk memindahkan kes liwat Anwar ke Mahkamah Tinggi ditandatangani oleh Tan Sri Abdul Gani Patail di sebalik kenyataan Perdana Menteri yang memberikan jaminan Peguam Negara tidak akan terlibat dalam kes itu.


Komathy yang menyuarakan kebimbangannya itu hari ini, menyatakan ia akan menghakis keyakinan orang ramai terhadap sistem kehakiman.


Abdul Gani sedang disiasat oleh badan Pencegah Rasuah (BPR) berikutan laporan polis yang dibuat terhadapnya oleh Anwar atas dakwaan memalsukan keterangan dalam kejadian "mata hitam" Anwar pada 1998.


Datuk Mohamed Yusof Zainal Abiden, ketua unit pendakwaan di Pejabat Peguam Negara, menjelaskan dalam kapasitinya sebagai peguam negara, adalah menjadi tugas Abdul Gani untuk menandatangani sijil itu sebagai satu prosedur pentadbiran.


Komathy: Kenapa anda fikir Perdana Menteri (Datuk Seri Abdullah Ahmad Badawi) berkata demikian? (kenyataan yang Abdul Gani tidak akan terlibat dalam kes Anwar)


Mohamed Yusof: Untuk memastikan tidak berlaku berat sebelah terhadap Anwar yang membuat laporan kepada BPR terhadap Abdul Gani.


Mohamed Yusof berhujah Perdana Menteri boleh kata apa sahaja yang beliau mahu tetapi akhirnya mahkamah yang perlu membuat keputusan mengikut undang-undang.


Komathy menerima penjelasan Mohamed Yusof.


Peguam bela utama Anwar, Sulaiman Abdullah, memberitahu mahkamah yang orang ramai telah terkeliru dengan kenyataan Perdana Menteri yang menyatakan Abdul Gani tidak akan terlibat dalam kes itu namun Abdul Gani telah menandatangani sijil itu.


"Perdana menteri telah mengeluarkan kenyataan tanpa merundingi Peguam Negara. "Kenapa nak mengelirukan orang ramai jika Peguam Negara tidak terlibat.


"Pendirian kami ialah Abdul Gani tidak patut mempunyai sebarang peranan dalam kes ini. Beliau tidak sepatutnya menggunakan atau menandatangani sijil itu. Inilah intipati bantahan kami," kata Sulaiman.


Beliau berkata, pada peringkat ini apa yang pembelaan ingin katakan ialah Abdul Gani tidak boleh menandatangani sijil itu, menjadikannya (sijil) tidak sah.


Selain Sulaiman, Anwar juga diwakili R. Sivarasa, Sankara N. Nair, Leela Jesuthasan, Edmund Bon, Saiful Idham Ramli, Amer Hamzah Arshad, Latheefa Koya dan Mohd Radzlan Jalaludin.


Pasukan pendakwaan terdiri daripada Mohamed Yusof, Datuk Nordin Hassan, Mohamad Hanafiah Zakaria, Wong Chiang Kiat, Farhan Read dan Shamsul Sulaiman.


Sementara itu, Mohamed Yusof mengemukakan bantahan awal, menyatakan Mahkamah Sesyen mempunyai mandat untuk memindahkan kes Anwar ke Mahkamah Tinggi sebaik sahaja sijil pemindahan dikeluarkan oleh pihak pendakwaan.


Katanya, mengikut Seksyen 418A (3) Kanun Acara Jenayah, Mahkamah Sesyen tiada pilihan lain tetapi melaksanakan pemindahkan itu selepas menyerahkan sijil itu.


Mohamed Yusof berkata, Mahkamah Sesyen, sebagai mahkamah lebih rendah, tidak mempunyai sebarang budi bicara untuk menafikan pemindahan itu.


"Dalam mengemukakan bantahan terhadap sijil yang dikeluarkan oleh pendakwa raya, peguam yang bijaksana yang mewakili Anwar adalah sama ada memohon perisytiharan bahawa sijil itu tidak sah atau menolak keputusan pendakwaan untuk memindahkan kes ke Mahkamah Tinggi," kata beliau.


Menurutnya, perkara itu terletak di bawah bidang kuasa Mahkamah Tinggi untuk mendengar atau diputuskan.


Sulaiman berhujah pendakwaan telah gagal memberikan sebarang alasan yang kukuh bagi kes itu dipindahkan ke Mahkamah Tinggi.


Katanya daripada penyelidikan pihak pembelaan, keskes yang dilaporkan berkaitan kesalahan liwat di negara ini telah dikendalikan di Mahkamah Sesyen.


Selepas mendengar hujahan daripada keduadua pihak di mahkamah terbuka, Komathy menangguhkan prosiding dan memanggil Mohamed Yusof dan Sulaiman ke kamarnya.


Kira-kira 30 minit kemudian, Komathy keluar dan memaklumkan semua yang hadir yang beliau perlukan masa untuk meneliti hujahan dan pihak berkuasa yang dirujuk oleh kedua-dua pihak sebelum membuat keputusan.Beliau kemudian menetapkan 7 Oktober untuk menyampaikan keputusannya.


Sementara itu, Sankara Nair ketika dihubungi mStar Online berkata, pihaknya dapat menerima keputusan mahkamah hari ini untuk menunda perbicaraan kes tersebut pada 7 Oktober bagi memutuskan sama ada kes tersebut akan dipindahkan ke Mahkamah Tinggi.


"Kalau mahkamah tidak dapat membuat keputusan, mereka memang memerlukan masa.


"Jadi, kita bersetuju supaya kes itu ditangguh kepada 7 Oktober bagi mahkamah membuat keputusan," katanya.


Terdahulu, Anwar yang juga Ketua Umum Pakatan Rakyat, tiba di pekarangan mahkamah pada pukul 10 pagi bersama isterinya, Datuk Seri Dr. Wan Azizah Wan Ismail.


Pada 10 September lalu, Hakim S.M. Komathy Suppiah menetapkan esok ekoran bantahan terhadap permohonan itu oleh peguam Anwar, Sulaiman Abdullah.


Anwar, 60, yang juga Ketua Pembangkang di Parlimen mengaku tidak bersalah pada 7 Ogos lepas terhadap tuduhan meliwat bekas pembantu peribadinya, Mohamad Saiful Bukhari Azlan di Unit 11-5-1 Desa Damansara Condominium, Jalan Setiakasih, Bukit Damansara, Kuala Lumpur antara 3.01 petang dan 4.30 petang pada 26 Jun lalu.


Kesalahan itu membawa hukuman penjara sehingga 20 tahun dan sebatan. Anwar kini dibebaskan dengan ikat jamin RM20,000


Ia merupakan kes liwat kedua melibatkan Anwar selepas yang pertama 10 tahun lalu.

Beberapa Info Berguna

Beberapa Info Berguna

Berkenaan Malam Al-Qadar

Oleh

Zaharuddin Abd Rahman

http://www.zaharuddin.net/


Laylatul Qadar atau Malam al-Qadar telah diketahui umum sebagai malam yang amat istimewa buat seluruh umat Islam. Ia berdasarkan ayat al-Quran dari surah al-Qadr . Firman Allah SWT :

Ertinya : "Malam Al-Qadar lebih baik dari seribu bulan" (Al-Qadr : 2) .

Di Malam ini jugalah Nabi SAW bersungguh-sungguh beribadat melebihi malam-malam Ramadhan yang lain. Disebutkan di dalam sebuah hadith :-

Ertinya : Adalah Nabi SAW, beribadat dengan (lebih) bersungguh dan kuat di sepuluh malam terakhir Ramdhan, tidak sebagaimana baginda di malam-malam yang lain" ( Riwayat Muslim, no 1175 )

Sebuah lagi hadis menyebut :-

انه كان يعتكف فيها ويتحرى ليلة القدر خلالها

Ertinya : "Adalah Nabi SAW beriktikaf padanya dan berusaha mencari malam al-qadar darinya (malam-malam ramadhan)" ( Riwayat al-Bukhari & Muslim)

أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا دخل العشر أحيا الليل وأيقظ أهله وشد مئزره

Ertinya : " Apabila telah masuk 10 terakhir bulan Ramadhan, maka Nabi menghidupkan malam, mengejutkan isterinya dan mengetatkan kainnya (tidak menyetubuhi isterinya kerana amat sibuk dengan ibadat yang khusus)" ( Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Waktunya

Para ulama antaranya Syeikh Dr Yusof Al-qaradawi menyebut bahawa tarikh malam lailatul qadar sengaja di sembunyikan oleh Allah SWT agar umat manusia berusaha bersungguh-sungguh bagi mencarinya, bagaimanapun ada disebutkan terdapat tanda-tanda akan kemunculan malam yang terhebat ini.

Iaitu seperti hari esoknya yang tidak terlampu panas dan tidak pula sejuk, matahari pula tidak memancarkan sinarannya dan pelbagai lagi. Ia semuanya berasal dari hadith-hadith yang sohih.

Bagaimanapun tanda-tanda ini tidaklah begitu penting bagi individu yang benar-benar telah beribadat sepanjang malam. Ia juga tidak banyak memberikan manfaat kerana malam tersebut sudah terlepas sekiranya tanda itu dikenalpasti esoknya.

Malah, tanda ini juga adalah amat sukar menjadi tepat kerana suasana dan cuaca sesebuah Negara adalah berlainan. Di Negara barat contohnya mungkin sentiasa mendung kerana berada dalam musim sejuk, musim bunga manakala di Afrika pula mungkin sedang mengalami keterikan. Adakah malam al-qadar tidak muncul di tempat mereka kerana setiap siang adalah terik?.

Jawabnya, tanda-tanda ini hanyalah contoh yang berlaku di zaman Nabi SAW dan tidak lebih dari itu.

Menurut pandangan yang paling kuat di kalangan para ulama, ianya berlaku pada sepuluh malam yang terakhir, iaitu pada malam-malam ganjil.

Hadith Nabi menyebut:-

التمسوها في العشر الأواخر من رمضان

Ertinya : " Carilah ia (malam al-qadar) di sepuluh malam terakhir dari bulan ramadhan" (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Bagaimanapun, kita sekali lagi mungkin kebingungan pada tahun-tahun tertentu JIKA negara Arab memulakan puasa pada tarikh yang berbeza dengan negara-negara di Nusantara. Justeru, pada malam ganjil menurut kiraan Malaysia atau Saudi ?. Hal ini sukar diputuskan oleh para Ulama. Sudahnya, mereka menyarankan agar dihidupkan seluruh malam sahaja. Jawapan termudah tetapi tidak memuaskan hati tentunya. Wallahu alam.





Tarikhnya Berubah atau Tetap Setiap Tahun?

Sebahagian ulama mengatakannya bersifat tetap pada setiap tahun iaitu pada malam 27 Ramadhan, manakala majoriti ulama termasuk Imam An-Nawawi As-Syafie pula berpendapat ianya bertukar-tukar pada setiap tahun dan tidak kekal pada satu tarikh (Al-Majmu' 6/450).

Selain dari itu, berdasarkan dalil hadith al-Bukhari, kemungkinan terbesar adalah jatuh pada tujuh malam terakhir iaitu samada 25, 27 atau 29 Ramadhan berdasarkan sabdaan Nabi SAW:-

أرى رؤياكم قد تواطأت في السبع الأواخر ، فمن كان متحريها فليتحرها في السبع الأواخر

Ertinya : Aku lihat mimpi kamu (sahabat) telah menepati di tujuh malam terakhir, sesiapa yang mencarinya, maka carilah ia di tujuh malam terakhir" ( Riwayat al-Bukhari , no 1911 & Muslim)

Dari tiga tarikh harapan itu, tarikh 27 Ramdhan adalah yang paling diharapkan oleh kebanyakan umat Islam (terutamany di negara Arab) dan ia juga dipegang oleh kebanyakan Sahabat Nabi SAW serta ulama silam, sehinggakan seorang sahabat bernama Ubay Bin Ka'ab ra bersumpah ia adalah malam ke dua puluh tujuh (di zamannya secara khasnya kerna beliau telah melihat tandanya dan zaman lain umumnya), sebagaimana dalil hadith yang menyebut:-

ليلة القدر ليلة سبع وعشرين

Ertinya : "Malam al-Qadar dalah malam ke dua puluh tujuh" (Riwayat Ahmad, Abu Daud, no 1386 )

Doa Terpenting Semasa Lailatul Qadar

Allah s.w.t pernah menegur manusia yang lupa doa untuk akhirat mereka di masa puncak kemakbulan doa. Anataranya seperti hari Arafah, sebagaimana dinyatakan dalam firmanNya :-

فَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاَقٍ

Ertinya : Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat ( Al-Baqarah : 200 )

Jelas dalam ayat ini Allah s.w.t menegur manusia yang lupakan kebaikan akhiratnya.

Lalu Allah s.w.t mewartakan bentuk doa yang sepatutnya, iaitu yang merangkumi kebaikan dunia dan akhirat..dan dilebihkan 'portion' atau bahagian akhirat apabila di tambah "selamatkan dari api neraka". Beerti doa untuk bahagian akhirat perlu lebih dari dunia.

Lihat doa yang diingini Allah s.w.t :-

وِمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ertinya : "Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: ""Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" ( Al-Baqarah : 201 )

Di malam-malam akhir ramadhan ini target utama kita adalah mendapatkan keampunan Allah s.w.t. Inilah yang disebut dalam jawapan nabi s.a.w kepada Aisyah r.a :-

وقالت عائشة ـ رضي الله عنها ـ : يا رسول الله إن وافقت ليلة القدر، فما أقول ؟ قال: قولي: اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني

Ertinya : "Berkatalah Aisyah , Wahai Rasulullah, jika aku berkesempatan bertemu Malam Al-Qadar, apakah yang perlu aku katakan (doa) ? Bersabda Nabi : " Sebutlah doa " Ya Allah sesungguhnya dikaulah maha pengampun , dan amat suka memberi ampun, maka berikanlah daku keampunan"

Mestikah Mendapat Tanda ?

Sabda Nabi SAW :

من يقم ليلة القدر فيوافقها..

Ertinya : Barangsiapa yang menghidupkan malam qadar ini dan mendapatnya..." ( Riwayat Muslim)

Hadiith ini menyebabkan setengah ulama mengatakan bahawa setiap individu yang mendapat keberkatan malam al-qadar mestilah mengetahui berdasarkan hadith di atas.

Bagaimanapun, pandangan yang lebih tepat adalah seseorang individu itu mampu mendapat kebaikannya, samada ia mengetahuinya atau tidak mengetahuinya, tanpa menafikan bahawa sesetengah individu diberi rezeki oleh Allah untuk mengetahuinya melalui pelbagai cara termasuk mimpi, tanda menarik dan mungkin pelik dan sebagainya.

Tidak perlulah untuk solat malam di tepi pokok atau di hadapan baldi air, kerana ingin memastikan waktu pokok sujud atau air menjadi beku. Allah akan memberikan tandanya menurut kehendakNya.

Masa Berkat Berpanjangan atau Hanya Beberapa Saat?

Saya masih ingat, semasa saya berada di zaman kanak-kanak, tersebar info kepada kebanyakkan saya dan rakan-rakan ketika itu adalah :

waktu maqbul dan berkat ini beberapa saat sahaja. Jika terlepas maka saatnya rugilah sepanjang hayat.

Rupanya, ia hanya rekaan para pereka cipta sahaja yang tidak diketahui tujuan mereka. Hakikatnya, waktu berkat lagi makbul ini adalah luas sepanjang malam, ia telah disebutkan oleh Allah dengan jelas iaitu :-

سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Ertinya : Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar ( Al-Qadr : 5 )

Inilah yang diterangkan oleh Imam Al-Qurtubi di dalam kitabnya. (Al-Jami' Li Ahkam al-Quran, 20/134 )

Wanita Haid Terhalang Dari Berkatnya ?

Adakah wanita sedang haid terhalang dari keberkatan lailatul Qadar?. Sudah tentu jawabnya tidak, Allah s.w.t maha adil. Bagi wanita sedang uzur pelbagai amalan dan ibadah yang masih boleh dilakukan seperti :-

1) Berzikir
2) Berdoa
3) Membawa terjemahan Al-Quran serta memahaminya.
4) Mendengar bacaan Al-Quran oleh suaminya, adik beradik atau dari kaset.
Sebahagian ulama silam dan moden seperti Syeikh Prof. Dr Muhammad Abu Laylah ( Prof Syariah di Univ Al-Azhar) berpendapat mereka dibenarkan juga membaca al-Quran tanpa memegangnya (melalui hafazan), malah sebahagian yang lain seperti Fatwa Ulama Saudi pula membenarkan mereka membacanya melalui mashaf. Saya tidak ingin membincangkannya di sini. Sekadar memberikan idea dan keterbukaan di kalangan para ulama.

Semoga kita diberikan kekuatan ibadah dan keikhlasan di waktu malam tersebut.

sekian

Zaharuddin Abd Rahman

http://www.zaharuddin.net/

Tuesday, September 16, 2008

Menangani masalah peningkatan kolesterol

Menangani masalah peningkatan kolesterol

ADAKAH masakan bersantan dan bergoreng seringkali menjadi hidangan utama semasa anda berbuka puasa?

Hidangan seperti ini bukanlah sesuatu yang jarang, malah menjadi pilihan bagi kebanyakan daripada kita semasa berbuka.

Ini kerana masakan seperti inilah yang menyelerakan dan mendorong kita makan secara berlebihan semasa berbuka.

Pengambilan makanan sebegini yang tinggi dengan kalori dan lemak tepu dan tidak terkawal akan menyebabkan peningkatan berat badan, kolesterol dan gula dalam darah serta gangguan penghadaman seperti kembung perut dan juga sembelit.

Bagi mengatasi masalah kolesterol tinggi, biasanya kita akan mengambil ubat untuk merendahkan paras kolesterol.

Memang tidak dapat dinafikan statin memberi kesan dengan cepat, namun pengambilannya dalam jangka masa panjang sebaiknya dielakkan demi mengelakkan kesan sampingan.

Pendekatan yang lebih menyeluruh diperlukan untuk menangani masalah peningkatan kolesterol dengan berkesan dan selamat. Antaranya termasuklah perubahan gaya hidup dan cara pemakanan yang lebih sihat.

Guggulipid merupakan antara alternatif yang sesuai memandangkan kajian menunjukkan sifat antioksida dan struktur kimia guggulipid berupaya mengurangkan paras kolesterol.

Bahan aktifnya, guggulsteron merangsang penyingkiran kolesterol dalam hati dan mengurangkan pelekitan darah.

Ekstrak daripada herba Commiphoral mukul (guggul) ini banyak digunakan di Asia sebagai agen untuk merendahkan paras kolesterol.

Guggulsterone merupakan kompaun aktifnya yang didapati bertanggungjawab yang memberi kesan positif terhadap paras kolesterol.

Ia didapati bertindak sebagai antagonis poten kepada sel reseptor hati yang dipanggil Farnesoid X Receptor.

Guggulsterone dapat merendahkan kolesterol dengan meningkatkan penyingkiran kolesterol dan juga mengurangkan pelekitan darah dan dengan itu, merendahkan risiko penyakit jantung koronari.

Guggulsterone juga boleh bertindak sebagai antioksida untuk mengekalkan kolesterol berbahaya daripada pengoksidaan dan dengan itu membantu merendahkan risiko aterosklerosis (pengerasan dinding arteri).

Malah, secara tradisionalnya ia digunakan untuk meningkatkan kadar metabolisme, terutamanya untuk membakar lemak di kalangan mereka yang mempunyai masalah berat badan. Ini kerana guggulsterone membantu merangsang kelenjar tiroid.

Diet seimbang di bulan Ramadan

Diet seimbang di bulan Ramadan
Oleh SADATUL MAHIRAN ROSLI



WALAUPUN menghadapi pelbagai pilihan juadah semasa berbuka, buat pilihan bijak, amalkan diet seimbang. – Gambar hiasan

--------------------------------------------------------------------------------



Jangan sesekali mengubah corak pemakanan anda semasa di bulan Ramadan. Individu dinasihatkan membuat pilihan yang tepat dan bijak dalam memastikan pengambilan semua zat yang diperlukan oleh tubuh untuk berpuasa pada keesokan harinya.

Tetapi jika anda mengubahnya, anda akan kehilangan tenaga dan tidak mendapat diet yang seimbang sehingga boleh memudaratkan kesihatan.

Tujuan berpuasa bukan setakat menahan lapar dan dahaga tetapi turut mengandungi pelbagai hikmah tersembunyi yang menyihatkan tubuh badan.

Pakar pemakanan klinikal, Pusat Perubahan Gaya Kehidupan, Pusat Perubatan Prince Court, Tan Yen Sing berkata, walaupun berpuasa dan hanya makan sekali sehari, namun begitu, cuba untuk mengambil makanan yang sama seperti biasa dan sekali gus mengekalkan berat badan yang normal.

Menurutnya, amalan diet seimbang penting dalam memastikan pengambilan semua zat yang diperlukan oleh badan bagi keesokan harinya.

‘‘Individu disyorkan mengambil makanan yang sama seperti biasa di bulan puasa walaupun mungkin kategori makanannya berbeza bagi mengekalkan berat badan dan sekali gus menjadikan tubuh cergas dan kesihatan tidak terjejas,’’ katanya ketika menyampaikan ceramah umum bertajuk ‘Kekal Sihat di Bulan Ramadan’ baru-baru ini.

Menurut Yen Sing, pengambilan makanan seimbang mestilah mengandungi pelbagai zat seperti karbohidrat, protein, vitamin dan garam mineral.

Keperluan makanan individu itu menjadi lengkap apabila bekalan kalori, vitamin, mineral dan serat cukup untuk tubuh badannya.

‘‘Semasa berpuasa, cuba rancang jenis makanan yang akan diambil semasa berbuka dan bersahur.

“Ambil makanan yang membekalkan karbohidrat seperti nasi, roti, mi dan ubi kerana ia akan melepaskan tenaga secara perlahan dan anda akan bertahan lapar lebih lama.

‘‘Jika boleh warna-warnikan jenis makanan yang diambil terutama sayur-sayuran dan buah-buahan kerana lebih banyak makanan berwarna yang diambil, maka lebih banyak zat diperoleh oleh badan,’’ jelasnya.

Tambah beliau, ramai di kalangan masyarakat Islam di negara ini yang lebih senang berbuka di luar, mungkin hendak mengelakkan kesesakan lalu lintas, maka memilih gerai, restoran atau hotel sebagai tempat menjamu juadah berbuka.

“Walau apa pun alasan, pilihlah makanan seperti mi sup, nasi putih, lauk berstim, asam pedas dan buah-buahan.

‘‘Elakkan mengambil kuetiau goreng, mihun goreng, nasi lemak, nasi beriani, nasi ayam, kentang goreng, makanan bersantan, aiskrim dan cendol,’’ jelasnya.

Tetapi, katanya, jika makan di rumah, ambil makanan seimbang bagi mengelakkan ketandusan minyak pada tisu otot.

‘‘Antara makanan yang dicadangkan untuk bersahur dan berbuka ialah telur dadar, semangkuk bijirin tinggi serat dengan buah-buahan segar, roti tinggi serat dengan kacang panggang dan sehiris avocado, segelas susu rendah lemak dan semangkuk bubur dengan daging tanpa lemak dan sayur-sayuran,’’ katanya.

Di samping itu juga, ujarnya, jangan mengambil makanan dalam jumlah yang banyak semasa berbuka.


Tinggi serat

‘‘Jika boleh ambil makanan yang mengandungi karbohidrat kompleks yang mengandungi tinggi serat dan boleh bertahan selama lapan jam semasa bersahur, kurma semasa berbuka dan minum sekurang-kurangnya lapan gelas air atau jus buah-buahan,’’ ujarnya.

Kata Yen Sing, pengambilan air amat penting semasa berbuka kerana air memberi kesegaran kepada tubuh setelah lama berpuasa, mengelakkan dehidrasi berlanjutan, mengganti semula air yang hilang semasa berpuasa, kekurangan air akan menjadikan metabolisme rendah.

‘‘Sebaik-baiknya sediakan minuman daripada bahan semula jadi seperti gula merah, madu lebah dan jus buah. Elakkan atau kurangkan pengambilan gula putih, sirap dan pewarna tiruan,’’ jelasnya.


Yen Sing turut mencadangkan gantian bahan bagi mendapatkan makanan yang seimbang dan sihat seperti susu atau yogurt, susu rendah lemak, bijirin, puri epal dan prun, telur putih dan gunakan gula pada jumlah sedikit.

‘‘Sehubungan itu, untuk kekal sihat, sepanjang Ramadan, makanlah makanan secara sederhana dan seimbang,’’ katanya.