Penyusun : Abu Shalih Hartoyo
Assalamu’alaikum Warahmatullah…
Alhamdulillah millis ini semakin semarak, dan sangat terasa akan faidah-faidah yang bisa dipetik. Semoga millis ini dapat terus memberikan manfaat, khususnya ana pribadi, meningkatkan keistiqomahan, ukhuwah…ilmu, amal…dan dakwah..betapa dunia maya adalah dunia yang penuh ranjau mematikan jika kita tak hati-hati dalam melangkah dan berselancar…(bisa kemelep .. :p)
Dalam kesempatan ini, ana ingin berbagi faidah dari sedikit yang ana tahu tentang salam kepada orang tunggal. Apakah yang diucapkan “assalamu’alaika’dhomir tunggal (ka) atau “Assalamu’alaikum”..(dhomir jama’) ?
yang nampak dari riwayat-riwayat yang datang baik dari Nabi ‘alaihisholatu wasallam maupun atsar para sahabat, adalah mereka tetap menggunakan dhomir tunggal “Ka” , Assalamu’alaika, dan bukan Assalamu’alaikum…
Berikut beberapa riwayat-riwayatnya:
yang nampak dari riwayat-riwayat yang datang baik dari Nabi ‘alaihisholatu wasallam maupun atsar para sahabat, adalah mereka tetap menggunakan dhomir tunggal “Ka” , Assalamu’alaika, dan bukan Assalamu’alaikum…
Berikut beberapa riwayat-riwayatnya:
(1)
Jabir bin Muslim berkata :
Saya melihat seseorang yang manusia selalu bersandar kepada pendapatnya, tidaklah ia mengatakan sesuatu kecuali mereka akan bersandar kepadanya. Saya berkata: siapa ini ? maka mereka berkata: ini adalah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam , maka saya berkata :
“Alaikassalam wahai rasulullah…”sebanyak 2 kali.
Maka beliau berkata :
Janganlah engkau berkata ‘alaikassalam, tetapi katakanlah Assalamu’alaika
sesungguhnya ‘Alaikassalam adalah penghormatan kepada mayit. Ia berkata : Saya berkata : engkau rasullah sallallahu ‘alaihi wasallam ? beliau berkata : saya adalah Rasulullah yang jika mengenai padamu suatu keburukan, kemudian aku berdoa niscaya Ia akan menyembuhkannya darimu, dan apabila menimpa kepadamu kemarau setahun, niscaya Ia akan menumbuhkannya (bumi) untukmu…
Riwayat Abu Dawud, 4084. Syeikh AL Albani berkata : Shahih…
Jabir bin Muslim berkata :
Saya melihat seseorang yang manusia selalu bersandar kepada pendapatnya, tidaklah ia mengatakan sesuatu kecuali mereka akan bersandar kepadanya. Saya berkata: siapa ini ? maka mereka berkata: ini adalah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam , maka saya berkata :
“Alaikassalam wahai rasulullah…”sebanyak 2 kali.
Maka beliau berkata :
Janganlah engkau berkata ‘alaikassalam, tetapi katakanlah Assalamu’alaika
sesungguhnya ‘Alaikassalam adalah penghormatan kepada mayit. Ia berkata : Saya berkata : engkau rasullah sallallahu ‘alaihi wasallam ? beliau berkata : saya adalah Rasulullah yang jika mengenai padamu suatu keburukan, kemudian aku berdoa niscaya Ia akan menyembuhkannya darimu, dan apabila menimpa kepadamu kemarau setahun, niscaya Ia akan menumbuhkannya (bumi) untukmu…
Riwayat Abu Dawud, 4084. Syeikh AL Albani berkata : Shahih…
(2)
Salam para sahabat kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam dalam sholatnya ketika beliau masih hidup :
Mengabarkan kepada kami Syaqiq bin ‘Abdillah ia berkata:
Dulu, bila kami shalat bersama Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, kami berkata
“Assalamu’alallah sebelum para hamba-Nya. : Assalamu ‘ala jibril, Assalamu ‘ala mika’il, Assalamu ala fulan…, Assalamu ‘ala fulan…”
Ketika Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam berbalik wajah kearah kami, beliau bersabda :
“Sesungguhnya Allahlah Assalam (maha pemberi kesalamatan), bila kalian duduk dalam shalat, maka katakanlah :
Attahiyatu lillah, wa sholatu wathoyyibatu, Assalamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullah…”
(Shahih Al Bukhari, 5876),
(3)
Salam para malaikat kepada Adam, ‘Alaihissalam
Allah menciptakan Adam, dengan tinggi enam puluh hasta, kemudian Allah berkata : “pergilah dan salamlah kepada para malaikat ini, dengarkan ucapan penghormatan mereka sebagai ucapan penghormatanmu dan penghormatan keturunanmu” kemudian Adam berkata : Assalamu’alaikum, maka para malaikat menjawab : “assalamu’alaika warahmatullah”
Shahih Bukhari, 5873 dalam riwayat lain, Nabi berkata : maka para mala’ikat pun menambah salamnya dengan warahmatullah…(Shahih Muslim, 2841)
Para malaikat tetap menggunakan dhomir (kata ganti) ka ketika menjawab salam Adam dan tidak kum.
Salam para malaikat kepada Adam, ‘Alaihissalam
Allah menciptakan Adam, dengan tinggi enam puluh hasta, kemudian Allah berkata : “pergilah dan salamlah kepada para malaikat ini, dengarkan ucapan penghormatan mereka sebagai ucapan penghormatanmu dan penghormatan keturunanmu” kemudian Adam berkata : Assalamu’alaikum, maka para malaikat menjawab : “assalamu’alaika warahmatullah”
Shahih Bukhari, 5873 dalam riwayat lain, Nabi berkata : maka para mala’ikat pun menambah salamnya dengan warahmatullah…(Shahih Muslim, 2841)
Para malaikat tetap menggunakan dhomir (kata ganti) ka ketika menjawab salam Adam dan tidak kum.
(4)
Atsar dari sahabat:
Bahwasannya Ibnu ‘Umar radliallahu’anhuma apabila bertahiyat (mengucapkan penghormatan) kepada Anak ja’far (bin abdul muthollib), Ia berkata ;Assalamu’alaika wahai anak pemilik dua sayap…
(Shahih Al Bukhari 4016), Ibnu ‘Umar radliallahu’anhuma adalah orang yang mendekap tubuh Ja’far ibn ‘Abdil Muthollub ketika kedua tangannya putus pada peperangan mu’tah karena mempertahankan bendera perang..
Atsar dari sahabat:
Bahwasannya Ibnu ‘Umar radliallahu’anhuma apabila bertahiyat (mengucapkan penghormatan) kepada Anak ja’far (bin abdul muthollib), Ia berkata ;Assalamu’alaika wahai anak pemilik dua sayap…
(Shahih Al Bukhari 4016), Ibnu ‘Umar radliallahu’anhuma adalah orang yang mendekap tubuh Ja’far ibn ‘Abdil Muthollub ketika kedua tangannya putus pada peperangan mu’tah karena mempertahankan bendera perang..
(5)
Demikian pula ketika Ibnu Umar radliallahu’anhuma memberikan salam kepada Abdullah bin Zubair radliallahu’anhuma : Assalamu’alaika ya Aba khubaib.. Assalamu’alaika ya Aba Khubaib…(Shahih Muslim, 229)
Demikian pula ketika Ibnu Umar radliallahu’anhuma memberikan salam kepada Abdullah bin Zubair radliallahu’anhuma : Assalamu’alaika ya Aba khubaib.. Assalamu’alaika ya Aba Khubaib…(Shahih Muslim, 229)
(6)
Salam Abu dzar Radliallahu’anhu ketika pertama bertemu dengan nabi sallallahu ‘alaihi wasallam :
Saya adalah orang yang pertama kali melakukan tahiyyah (penghormatan) kepada Nabi dengan tahiyyah islam. Ia berkata : saya berkata “Assalamu’alaika ya Rasulullah..”
Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “wa’alaika warahmatullah…”
Beliau berkata : “siapa engkau..?” Abu dzar menjawab :” saya dari Ghifar…”
(Shahih Muslim, 132)
Dalam riwayat muslim yang lain, Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menjawabnya (salam Abu Dzar) dengan : “ Wa’alaikassalam..”
Salam Abu dzar Radliallahu’anhu ketika pertama bertemu dengan nabi sallallahu ‘alaihi wasallam :
Saya adalah orang yang pertama kali melakukan tahiyyah (penghormatan) kepada Nabi dengan tahiyyah islam. Ia berkata : saya berkata “Assalamu’alaika ya Rasulullah..”
Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “wa’alaika warahmatullah…”
Beliau berkata : “siapa engkau..?” Abu dzar menjawab :” saya dari Ghifar…”
(Shahih Muslim, 132)
Dalam riwayat muslim yang lain, Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menjawabnya (salam Abu Dzar) dengan : “ Wa’alaikassalam..”
Berkata Al Imam Nawawi rahimahullah rahmatan wasi’ah dalam kitabnya yang indah, Riyadhusholihin…
Disukai/disunnahkan bagi orang yang memulai salam : Assalamu’alaikum Warahmatullah wabarakatuh, dengan menggunakan dhomir (kata ganti) jama’ (kum) meski yang diberi salam hanya satu… kemudian beliau membawakan Hadits ‘Imron bin Hushoin
(Riyadhusholihin Bab Kayfiatussalam..)
Disukai/disunnahkan bagi orang yang memulai salam : Assalamu’alaikum Warahmatullah wabarakatuh, dengan menggunakan dhomir (kata ganti) jama’ (kum) meski yang diberi salam hanya satu… kemudian beliau membawakan Hadits ‘Imron bin Hushoin
(Riyadhusholihin Bab Kayfiatussalam..)
Menanggapi hal ini, Syeikh Muhammad bin Shölih Al ‘Utsaimin berkata dalam Syarh Riyadhussholihin…
Apabila kita salam kepada satu orang apakah dengan Assalamu’alaika atau Assalamu’alaikum ?
Asshohih..(Yang benar) adalah : Assalamu’alaika (dhomir tunggal-pen). Demikianlah yang tsabit dari Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam seperti dalam hadits Al musii’u fisholah (yang sholatnya salah), ia berkata : Assalamu’alaika..
Apabila kita salam kepada satu orang apakah dengan Assalamu’alaika atau Assalamu’alaikum ?
Asshohih..(Yang benar) adalah : Assalamu’alaika (dhomir tunggal-pen). Demikianlah yang tsabit dari Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam seperti dalam hadits Al musii’u fisholah (yang sholatnya salah), ia berkata : Assalamu’alaika..
Adapun istidlal muallif (Al Imam An Nawwi) dari hadits ‘Imron tidak ada dilalah (penunjukkan) didalamnya, hal ini dikarenakan laki-laki yang datang kepada Nabi adalah, bersama nabi terdapat jama’ah yang lain maka ia pun salam kepada seluruhnya, maka bila kepada orang banyak dengan menggunakanAssalamu’alaikum sedangkan kepada satu orang dengan Assalamu’alaika. Bila kamu menambahnya dengan warahmatullah maka itu adalah lebih baik…(syarhu riyadhussholihin bab kayfiatussalam)
Tambahan Faidah dalam Menjawab Salam
Syeikh Al ‘Utsaimin kembali berkata:
Berkata imam An Nawawi: Disukai dengan menggunakan “Wa” (wa’alaikum salamatau lebih lengkap-pen)…(ketika menjawab salam) dengan tambahan wawu (tidak sekedar ‘alaikum atau ‘alaika).
Berkata imam An Nawawi: Disukai dengan menggunakan “Wa” (wa’alaikum salamatau lebih lengkap-pen)…(ketika menjawab salam) dengan tambahan wawu (tidak sekedar ‘alaikum atau ‘alaika).
Syeikh Utsaimin berkata: Ini adalah baik, karena apabila dengan tambahan wawu maka akan menjadi jelas bahwa ia bersambung dengan kalimat yang digunakan oleh orang yang memberi salam pertama kali. Tetapi apabila tidak menggunakannya (wawu) maka tidak mengapa. Karena Ibrahim –‘alaihissalam-tidak menggunakan wawu ketika menjawab salam para malaikat
(فقالوا سلاما قال سلام)
(Adzdzariyat : 25)
Para malaikat berkata : saläma, ibrahim menjawab : saläm…
Taqdir dari salam malaikat adalah : sallamna salaaman
Sedangkan Nabi ibrahim : ‘Alaikum salam… dengan tanpa wawu.
Salam nabi ibrahim ini lebih baik dari salam para malaikat, salam para malaikat menggunakan bentuk kalimat fi’liyah (kerja) sedangkan jawaban salam dari ibrahim menggunakan jumlah ismiyyah yang menunjukkan ketetapan (tsubut) dan dawam (Al Itqon, lishuyuti dan Al Burhan fi ‘ulumil Quran lil imam Azzarkasyi), dan ini selaras dengan adab menjawab salam : lebih baik atau sama…(faidza huyiyytum bitahiyyatin farudduha biahsana minha aw rudduha….)
Taqdir dari salam malaikat adalah : sallamna salaaman
Sedangkan Nabi ibrahim : ‘Alaikum salam… dengan tanpa wawu.
Salam nabi ibrahim ini lebih baik dari salam para malaikat, salam para malaikat menggunakan bentuk kalimat fi’liyah (kerja) sedangkan jawaban salam dari ibrahim menggunakan jumlah ismiyyah yang menunjukkan ketetapan (tsubut) dan dawam (Al Itqon, lishuyuti dan Al Burhan fi ‘ulumil Quran lil imam Azzarkasyi), dan ini selaras dengan adab menjawab salam : lebih baik atau sama…(faidza huyiyytum bitahiyyatin farudduha biahsana minha aw rudduha….)
Beberapa kesimpulan dan faidah yang bisa dipetik :
Sunnah nabi, malaikat, dan para shohabat ketika salam adalah mereka tetap menggunakan dhomir (kata ganti) bersesuaian dengan yang diberi salam, kepada orang tunggal laki-laki dengan Assalamu’alaika, wanita dengan assalamu’alaiki dan seterusnya..
Boleh menjawab salam dengan wawu atau tanpa wawu, namun yang lebih baik adalah dengan wawu, sebagai penegasan sambung terhadap kalimat kalimat pemberi salam yang awal..
Kita dilarang untuk memulai mengucapkan salam kepada orang yang masih hidup dengan ‘Alaikassalam, namun boleh menggunakannya sebagai jawaban-karena dia adalah athof /sambungan.
Wallahusubhanahu A’lam…
Boleh menjawab salam dengan wawu atau tanpa wawu, namun yang lebih baik adalah dengan wawu, sebagai penegasan sambung terhadap kalimat kalimat pemberi salam yang awal..
Kita dilarang untuk memulai mengucapkan salam kepada orang yang masih hidup dengan ‘Alaikassalam, namun boleh menggunakannya sebagai jawaban-karena dia adalah athof /sambungan.
Wallahusubhanahu A’lam…
Maraji’ (maktaba shameela, syarh riyadhusholihin Syeikh Al’utsaimin)
Abu Al-Jauzaa' berkata
Abu Umair As-Sundawy berkata
Dikatakan beberapa mufassir, bahwa arti “fasallimuu ‘ala anfusikum” maknanya seperti ungkapan “walaaa taqtuluu anfusakum” (jangan kau bunuh dirimu (-juga orang lain-).Olehkarenanya “‘ala anfusikum” dimaknai (untuk dirimu-juga yang lain-).Syuf tafsir Imam Qurthubi
Abu Umair As-Sundawy
(Saya juga belum banyak tahu, tentang masalah dhomir ini, sehingga belum bisa memberikan komentar :p)
Abu Shalih berkata
Bahwa ketika kita masuk ke dalam rumah, maka di antara kayfiyah salam yang dapat digunakan adalah :
Abu Shalih berkata
Abu Umair As-Sundawy berkata
وقال مجاهد : إذا دخلت المسجد فقل : السلام على رسول الله ، وإذا دخلت على أهلك فسلم عليهم ، وإذا دخلت بيتا ليس فيه أحد فقل : السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين
Abu Al-Jauzaa' berkata
Abu Al-Jauzaa' berkata
Abu Shalih berkata
“Bahkan, secara bahasa – kalau dirasa-rasa – jawaban : Assalamu’alaikum (dengan dlamir jamak) lebih enak didengar; karena lazim dalam bahasa Arab bahwa penggunaan dlamir jamak untuk orang tunggal adalah untuk memuliakannya dan lebih “halus”.”
Penggunaan dhomir tunggal kepada orang tunggal adalah lebih utama (yang mendahului kami dalam hal ini sejauh pengetahuan kami adalah Syeikh Muhammad Al ‘Utsaimin dan Syeikh Sholih Alu Syeikh dalam ceramah beliau ketika menjelaskan kayfiyah salam dari Abu Darda radlillahu’anh), hal ini karena petunjuknya datang langsung dari Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam dalam siyaq perintah sebagaimana kepada para sahabatnya, telah disebutkan seperti hadits no. 1 dari jabir bin Muslim, radliallahu’anh
Demikian pula berdasarkan perintah Nabi untuk salam kepada beliau kepada para sahabat ketika dalam shalat ketika beliau masih hidup (hadits no.2) :
“Sesungguhnya Allahlah Assalam (maha pemberi kesalamatan), bila kalian duduk dalam shalat, maka katakanlah :
Attahiyatu lillah, wa sholatu wathoyyibatu, Assalamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullah…”(Shahih Al Bukhari, 5876)
dan dengan ini semua tidak mungkin kita katakan bahwa para sahabat kurang memuliakan nabi sallallahu ‘alaihi wasallam atau tidak memilih cara salam yang lebih memuliakan (atau lebih halus) nabi di antara cara-cara memuliakan beliau sallallahu ‘alaihi wasallam yang mungkin.
عن سالم مولى عبد الله بن عمرو قال وكان بن عمرو إذا سلم عليه فرد زاد فأتيته وهو جالس فقلت السلام عليكم فقال عن معاوية بن قرة قال: قال لي أبي: “يا بني ! إذا مرّ بك الرجل، فقال: السلام عليكم، فلا تقل: وعليك. كأنك تخصّه بذلك وحده؛ فإنه ليس وحده، ولكن قل: السلام عليكم”.
[Al-Adaabul-Mufrad hadits nomor 1037; lihat Shahihul-Adabil-Mufrad no. 795]
Karena perkataan ini seolah-olah menyalahkan sabda nabi sallallahu ‘alaihi wasallam (pada hadits no. 1):
“Alaikassalam wahai rasulullah…”sebanyak 2 kali.
Maka beliau berkata :
Janganlah engkau berkata ‘alaikassalam, tetapi katakanlah Assalamu’alaika
riwayat berikut :
عن عمر قال كنت رديف أبي بكر فيمر على القوم فيقول السلام عليكم فيقولون السلام عليكم ورحمة الله ويقول السلام عليكم ورحمة الله فيقولون السلام عليكم ورحمة الله وبركاته فقال أبو بكر فضلنا الناس اليوم بزيادة كثيرة
[Al-Adaabul-Mufrad hadits no. 987; shahihul-isnad sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Adaabul-Mufrad].
Menyelisihi Kayfiyah salam dari malaikat yang tentunya lebih dekat dengan shohibussyariat (Allah ta’ala) dari pada orang yang berjumpa dengan orang yang dijumpai Abu Bakar (meski kami juga dapat berkata bahwa ada kemungkinan bersama Abu bakar ada orang lain termasuk Umar radlillahu’anhuma, Alihtimal Yud’iful Istidlal-kemungkinan melemahkan istidlal), tetap menggunakan dhomir tunggal ketika menjawab salam nabi adam ‘alaihissalam (hadits no.3) :
Shahih Bukhari, 5873 dalam riwayat lain, Nabi berkata : maka para mala’ikat pun menambah salamnya dengan warahmatullah…(Shahih Muslim, 2841)
“pergilah dan salamlah kepada para malaikat ini, dengarkan ucapan penghormatan mereka sebagai ucapan penghormatanmu dan penghormatan keturunanmu”
Tambahan :
عن أبي أمامة بن سهل عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من قال السلام عليكم كتبت له عشر حسنات ومن قال السلام عليكم ورحمة الله كتبت له عشرون حسنة ومن قال السلام عليكم ورحمة الله وبركاته كتبت له ثلاثون حسنة
[Al-Muntakhab min Musnad ‘Abdun bin Humaid hadits no. 470 - kata “man” ini adalah umum/nakirah yang meliputi tunggal maupun jamak]
sallallahu ‘alaihi wasallam sendiri.
Abu Al-Jauzaa' berkata
Begitu juga yang terdapat dalam Al-Muntakhabnya ‘Abdun bin Humaid.
Abu Faris an-Nuri berkata
Abu Faris an-Nuri
Abu Faris an-Nuri berkata
Abu Shalih berkata
“Katakanlah, yg tepat adalah menggunakan dhamir tunggal, namun manakah dalil yg melarang penggunaan dalil jama’?”
Sejauh yang ana fahami (bukan berarti pemahamannya jauh loh..:) ) adalah pengucapan salam adalah termasuk ke dalam bab ibadah yang pada asalnya adalah tawaquf, menunggu petunjuk pembuat syariat, sehingga bentuk pertanyaannya lebih mengarah mana dalil yang menunjang bahwa kayfiyah salam tertentu dapat digunakan ?
Hadits tersebut adalah :
[Al-Adaabul-Mufrad hadits nomor 1037; lihat Shahihul-Adabil-Mufrad no. 795]
Dari Mu’awiyyah bin Qurroh ia berkata : berkata aby kepadaku :
Wahai anakku, bila seorang laki-laki bertemu denganmu Assalam’alaikum kemudian ia berkata : Assalamu’alaikum maka jangan katakan : wa’alaika (tunggal saja), seolah-olah engkau hanya mengkhususkan (salam tersebut) kepadanya saja, sesungguhnya ia tidak sendiri, tetapi gunakanlah Assalamu’alaikum.
عن أبي أمامة بن سهل عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من قال السلام عليكم كتبت له عشر حسنات ومن قال السلام عليكم ورحمة الله كتبت له عشرون حسنة ومن قال السلام عليكم ورحمة الله وبركاته كتبت له ثلاثون حسنة
[Al-Muntakhab min Musnad ‘Abdun bin Humaid hadits no. 470 - kata “man” ini adalah umum/nakirah yang meliputi tunggal maupun jamak]
Abu Shalih berkata : kembali katakan benar bahwa man adalah lafadz umum, yang maksudnya adalah ‘aam ‘ala kuli afrodin (pada tiap orang tunggal bukan jamak) bila hasr. Maknana Tiap individu yang menyampaikan salam dengan lafadz tersebut mendapatkan ganjaran sesuai yang disebutkan dalam hadits, namun kami heran kenapa Al Akh Abul Jauza’ memaknainya nakirah yang meliputi tunggal maupun jamak ? karena makna umum tersebut tidak berkaitan dengan orang yang menyampaikannya apakah jamak atau tunggal, karena jelas lafadz man adalah untuk tiap orang tunggal yang mengucapkan salam. oleh sebab itulah Abu shalih sebelumnya mengatakan konteks pembahasan kan dalam Al Musallam ‘Alaih (orang yang diberi salam tunggal atau jamak), mengapa larinya ke man yang pembahasannya adalah tentang Al Musallim, atau mungkin Abu Shalih yang salah memahami maksud Akh Abul Jauza’,
Abu Shalih
Abu shalih berkata
ralat :
maksudnya “syariat salam dengan lafadz kum kepada orang tunggal”
Abu Al-Jauzaa' berkata
[Al-Muntakhab min Musnad ‘Abdun bin Humaid hadits no. 470 - kata “man” ini adalah umum/nakirah yang meliputi tunggal maupun jamak]
Abu Faris an-Nuri berkata
Abu Faris an-Nuri
Abu Shalih berkata
bila memperhatikan perkataan Syeikh ibnu ‘Utsaimin Rahimahullah-dalam syarh riyadhus shalihin- ketika membuka pertanyaan, sebagaimana uslub beliau untuk meningkatkan tanbih dari pembaca / pendengar saat muhadhoroh, yakni :
Apabila kita salam kepada satu orang apakah dengan Assalamu’alaika atau Assalamu’alaikum ?
Asshohih..(Yang benar) adalah : Assalamu’alaika (dhomir tunggal-pen). Demikianlah yang tsabit dari Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam seperti dalam hadits Al musii’u fisholah (yang sholatnya salah), ia berkata : Assalamu’alaika..
Dzahirnya dari kalam beliau ini, (Ashohih) memberikan mafhum mukholafah yang selainnya adalah ghoiru shohih aw makruhun limukholafati sunnati nabi ‘alahi sholatu wasallam. Karena bila kerangkanya adalah sekedar dalam hubungan keutamaan, maka mungkin akan digunakan ucapan Al Aula.
Demikian pula pertanyaan yang digunakan : Apabila kita salam kepada satu orang apakah dengan Assalamu’alaika atau Assalamu’alaikum ?
Mafhum yang cepat kita tangkap dalam benak kita dari bentuk pertanyaan ini, mana yang sesuai dengan sunnah…?
Ifadahnya ditunggu…
Salam Abu Shalih
Abu Faris an-Nuri berkata
Abu Faris an-Nuri